Welcome to My Blog

Welcome to Ard.Fatima's Website

Sunday, May 30, 2010

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu factor penggerak pembangunan. Maju mundurnya suatu negara dipengaruhi oleh maju mundurnya pendidikan. Namun kenyatannya justru mutu pendidikan di Indonesia masih kurang. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap bidang pendidikan adalah salah sati factor penyebabnya.
Selain system pendidikan yang buruk, biaya pendidika yang mahal menjadi penyebab buruknya pendidikan di Indonesia. Tidak sedikit dari anak-anak yang berprestasi datang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang pada akhirnya tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Untuk itu, dalam upaya memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah mencanagkan program sekolah gratis. Program ini mempunyai sasaran anak yang kurang mampu. Dengan adanya program ini diharapkan mampu menjembatani anak yang kurang mampu untuk dapat menempuh jenjangg pendidikan yang lebih tinggi.
Namun dalam penerapannya masih banyak kendala yang ditemui, sehingga kurang membidik sasaran yang diinginkan. Salah satunya, banyak siswa yang mampu justru menikmati program ini sehingga biaya yang dibebankan semakin ringan. Sedangkan banyak siswa yang kurang dan tidak mampu tidak dapat menikmati program sekolah gratis ini.

Saturday, May 29, 2010

Learn Quran with Tajweed ... as it's duty on you to learn. Quran says "iqra"(Read) and best way to learn and understand Quran is thru Arabic Language, so Learn Arabic easily online simultaneously and learn Urdu as it is being derived from Arabic so will be better to un...derstand the Tafseer and Hadith with Quran.
Topics will be covered( InshaAllah):
1. Tajweed
2. Tafseer (Meanings)
3. HadithsLearn Quran, Arabic and Urdu at ur Ease online ....

4. Masail E Shariyat
5. Arabic with Grammar
6. Urdu with Grammar

Tuesday, May 25, 2010

Firman Alloh:
“Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al. Mujadilah 58:11)
“Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yanh tidak mengetahui?”(QS. Az-Zumar 39:9)
“Dan perumpamaan- perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”(QS. Al Ankabut 29:43)
“Dan (ingatlah) ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “Hendaknlah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya”.(QS. Ali Imron 3:187).
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.(QS; An Nahl 16:125)


Hadist Nabi:
“Hamba yang paling mulia adalah mukmin yang berilmu, yang jika dibutuhkan ia akan bermanfaat untuk orang lain. Dan jika tidak dibutuhkan ia selalu merasa cukup dengan apa yang diterimanya”.
“Iman itu (ibarat orang) telanjang yang pakaiannya adalah ketakwaan, perhiasannya adalah sifat malu, dan buahnya adalah ilmu”
“Manusia yang paling dekat derajatnya dengan derajat para nabi adalah orang yang berilmu dan orang yang berjihad. Adapun orang yang berilmu karena dia selalu menuntun manusia kepada ajaran para rasul. Sementara orang yang berjihad, karena mereka berjihad dengan pedang mereka sejalan dengan jihad yang diajarkan para rasul”.
“Orang yang berilmu adalah kepercayaan (wakil) Alloh di muka bumi”
“Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang berilmu, lalu para syuhada”.
“Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya bagi penuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dilakukannya”
“Kamu mempelajari satu bab ilmu itu lebih baik daripada sholat sebanyak seratus rakaat”
*********All were taken from IHYA ULUMUDDIN*********
“Menuntut ilmu itu adalah wajib atas seluruh kaum muslimin”
“Alloh tidak pernah member ilmu kepada orang alim kecuali sebelumnya didahului dengan suatu perjanjian, sebagaimana yang telah diberlakukan kepada para nabi, agar ia menjelaskan dan tidak menyembunyikannya”.
“Petunjuk yang diberikan Alloh kepada seseorang melalui dirimu adalah lebih baik bagimu daripada dunia seisinya”.
“Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim”

Wednesday, May 05, 2010

Muhammad
From Wikipedia, the free encyclopedia


Muhammad ibn ‘Abdullāh (Arabic: ﷴ; Transliteration: Muḥammad;[2] pronounced [mʊˈħæmmæd] ( listen); also spelled Muhammed or Mohammed)[3][4][5] (ca. 570/571 Mecca[مَكَةَ ]/[ مَكَهْ ] – June 8, 632),[6] is the founder of the religion of Islam [ إِسْلامْ ] and is regarded by Muslims as a messenger and prophet of God (Arabic: الله‎ Allāh), the greatest law-bearer in a series of Islamic prophets and by most Muslims the last prophet as taught by the Qur'an 33:40–40. Muslims thus unlike the critics consider him the restorer of an uncorrupted original monotheistic faith (islām) of Adam, Noah, Abraham, Moses, Jesus and other prophets.[7][8][9] He was also active as a diplomat, merchant, philosopher, orator, legislator, reformer, military general, and, according to Muslim belief, an agent of divine action.[10]

Born in 570 in the Arabian city of Mecca,[11] he was orphaned at an early age and brought up under the care of his uncle Abu Talib. He later worked mostly as a merchant, as well as a shepherd, and was first married by age 25. Discontented with life in Mecca, he retreated to a cave in the surrounding mountains for meditation and reflection. According to Islamic beliefs it was here, at age 40, in the month of Ramadan, where he received his first revelation from God. Three years after this event Muhammad started preaching these revelations publicly, proclaiming that "God is One", that complete "surrender" to Him (lit. islām) is the only way (dīn)[12] acceptable to God, and that he himself was a prophet and messenger of God, in the same vein as other Islamic prophets.[9][13][14]

Muhammad gained few followers early on, and was met with hostility from some Meccan tribes; he and his followers were treated harshly. To escape persecution first Muhammad sent some of his followers to Abyssinia before he and his remaining followers in Mecca migrated to Medina (then known as Yathrib) in the year 622. This event, the Hijra, marks the beginning of the Islamic calendar, which is also known as the Hijri Calendar. In Medina, Muhammad united the conflicting tribes, and after eight years of fighting with the Meccan tribes, his followers, who by then had grown to ten thousand, conquered Mecca. In 632, a few months after returning to Medina from his Farewell pilgrimage, Muhammad fell ill and died. By the time of his death, most of the Arabian Peninsula had converted to Islam; and he united the tribes of Arabia into a single Muslim religious polity.[15][16]

The revelations (or Ayat, lit. "Signs of God")—which Muhammad reported receiving until his death—form the verses of the Qur'an, regarded by Muslims as the “Word of God” and around which the religion is based. Besides the Qur'an, Muhammad’s life (sira) and traditions (sunnah) are also upheld by Muslims. They discuss Muhammad and other prophets of Islam with reverence, adding the phrase peace be upon him whenever their names are mentioned.[17] While conceptions of Muhammad in medieval Christendom and premodern times were largely negative, appraisals in modern history have been far less so.[14][18] Besides this, his life and deeds have been debated by followers and opponents over the centuries.[19] Mohamed is revered as a respected true prophet and Manifestation of God in the Baha'i Faith but Judaism and Christianity reject his prophethood.[20]
Artikel ini diambil dari www.untungsupriyanto.tripod.com

Islam Kok Pacaran
oleh Aliman Syahrani

Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.

Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.

Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).

Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual da lam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?

Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !

Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).

Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."

Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalih" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atawa memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !

Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.
Dikutip dari: http://www.indomedia.com/bpost/012000/24/opini/resensi.htm
Artikel ini diambil dari www.kisahislam.com

Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda: ” Sesungguhnya Allah baik tidak menerima kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mu’min sebagaimana yang diperintahkan kepada para rasul, Allah berfirman: “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Dan firmanNya yang lain: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” Kemudian beliau mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit: Yaa Rabbi ! Yaa Rabbi ! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari minuman yang haram, dan dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima do’anya”. (HR Muslim no. 1015).
artikel ini di ambil dari www.kisahislam.com

Tatkala Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- melihat perhatian manusia terhadap bulan Rajab pada masa jahiliyah, mereka sangat mengagungkan dan melebihkan atas seluruh bulan, dan tatkala beliau melihat kaum muslimin berambisi untuk mengagungkan bulan al-Qur`an (Ramadhan), maka beliau -Shalallahu alaihi wa salam- berkeinginan untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan bulan-bulan dan hari-hari yang lain.



Telah diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif Al Ma’arif, 235)
Read More
Add Comment (15)
Hits: 1994
Last Updated on Friday, 14 August 2009 08:35