Welcome to My Blog

Welcome to Ard.Fatima's Website

Wednesday, December 29, 2010

Aku Tak Berdaya by Indah

masa yang terindah kini semua telah berakhir
karena kau berubah tak seperti dulu lagi
sampai kapan kamu sering menyalahi hatiku
tak pernah kau tahu begitu sakitnya aku
kau anggap diriku (kau anggap diriku)
melihatku dengan sebelah matamu
dilema tuk diriku mencintaimu mengerti kamu

biarkan aku bersalah di depan mukamu
selalu kau membenarkan apa katamu
cintamu membuatku sedih dan tak berdaya
namun ku terlanjur cinta

biarkan aku bersalah di depan mukamu
selalu kau membenarkan apa katamu
cintamu membuatku sedih dan tak berdaya
namun diriku terlanjur cinta
Prahara dan Asa by Rino

terhempas aku dalam fitnah
yang mendera jiwa dan mencabik sukma
tertatih ku tak tentu arah
hingga seberkas cahaya menuntun langkahku

dalam mihrab cinta ku rengkuh firmanNya
terangi jalanku ku sujud padaNya
dalam mihrab cinta prahara jadi asa
pupus duka lara ku pasrah padaNya

ku rendam dendam yang membara
ku pasrahkan semua pada Yang Kuasa
ku yakin tiada satu jua hentikan kuasaNya
untuk mengubah segalanya

(dalam mihrab cinta ku rengkuh firmanNya
terangi jalanku ku sujud padaNya)
dalam mihrab cinta prahara jadi asa
pupus duka lara ku pasrah padaNya
pupus duka lara ku pasrah padaNya
Dalam Mihrab Cinta by Afgan

demi cinta ku pergi
tinggalkanmu relakanmu
untuk cinta tak pernah
ku sesali saat ini
ku alami ku lewati

suatu saat ku kan kembali
sungguh sebelum aku mati
dalam mihrab cinta ku berdoa semoga

suatu hari kau kan mengerti
siapa yang paling mencintai
dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya

karena cinta ku ikhlaskan
segalanya kepadanya
untuk cinta tak pernah
ku sesali saat ini
ku alami ku lewati

suatu saat ku kan kembali
sungguh sebelum aku mati
dalam mihrab cinta ku berdoa semoga

suatu hari kau kan mengerti
siapa yang paling mencintai
dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya semoga semoga
Bunga-Bunga Cinta by Asmirandah n Dude

tak pernah terlintas di benakku
saat pertama kita bertemu
sesuatu yang indah tumbuh dalam gundah
harum dan merekah

tulus hatimu buka mataku
tegar jiwamu hapus raguku
membuncah di hati harapan dan suci
menyatukan janji

bunga-bunga cinta indah bersemi
di antara harap pinta padaNya
Tuhan tautkanlah cinta di hati
berpadu indah dalam mihrab cinta

memboncah di hati harapan dan suci
dalam mihrab cinta
Karena Hati Bicara by Oki n Andi Arsyl

mengharungi samudera mahligai nan suci
penuh gelombang silih berganti
semua adalah ujian penguat cinta
bila hati bicara

terkadang tak perlu terucap kata-kata
untuk selami dalamnya hatimu
susah senangmu jadi bagian hidupku
karena hati bicara

tatap manja matamu kisahkan berjuta cerita
hadirmu di hidupku memberikan berjuta makna
karunia Illahi mempersatukan dua hati
ku rasa yang kau rasa karena hati bicara

Sunday, December 26, 2010

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gejala-gejala psikologis anak-yang di amati observer-yang timbul adalah anak kurang komunikatif, tidak percaya diri, adanya sifat rendah diri, dan pemalu. Dari keempat gejala yang muncul tersebut, sifat pemalu menjadi sifat yang paling dominan dalam mempengaruhi karakter dan jiwa anak. Sebagai seorang guru, langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melatih dan membiasakannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, dapat dimulai dari lingkungan yang kecil terlebih dahulu yaitu, dengan guru itu sendiri, teman-teman, dan guru-guru yang lain di lingkungan sekolah. Dengan pembiasaan yang continue, efektif, dan konsisten, diharapkan akan mengurangi sifat pemalu anak dan menjadikannya pribadi yang penuh percaya diri.

B. Saran
Dalam mendidik anak, guru dan orang tua dihadapkan pada masalah-masalah yang pelik dan rumit, yang tentunya dibutuhkan kerjasama antara kedua belah pihak, dan pihak-pihak lain yang bersangkutan untuk mengatasi maslah tersebut. Tanpa adanya kerjasama yang baik dari guru, orabg tua, dan pihak lain yang bersangkutan, maka masalah yang timbul pada anak tidak akan dapat diselesaikan. Apabila masalah anak berlarut-larut, maka yang akan menjadi korban adalah anak itu sendiri. Karena itu, maslah-masalah pada anak harus segera diselesaikan agar tidak mengganggu perkembangan anak tersebut.
BAB II
PELAKSANAAN

A. Hasil Pengamatan
Dalam pembelajaran, banyak masalah yang timbul pada anak. Masalah-masalah ini tentunya akan menghambat pembelajaran apabila tidak segera diselesaikan. Salah satu contohnya adalah gejala yang timbul pada anak yang diamati oleh penulis yang juga merangkap sebagai observer. Anak memperlihatkan sikap yang sangat pendiam, tidak berani untuk bertanya, dan berbicara dengan volume suara yang sangat rendah. Jika pun dia mau bertanya, hanya muncul satu pertanyaan dalam sekian kali pertemuan pembelajaran. Namun jika guru menjelaskan materi, anak tersebut dapat menyerapnya dengan cukup baik. Sebenarnya tidak terdapat masalah pada kemampuan belajarnya, dan prestasi belajarnya pun tetap baik. Namun tetap saja, masalah-masalah yang penulis sebutkan dia atas tetap harus dan segera dicarikan jalan keluarnya dan diselesaikan.
Data berikut ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara orang tua. Observasi adalah kegiatan mengamati suatu objek tertentu baik benda ataupun orang yang sudah direncanakan. Sedangkan wawancara adalah kegiatan mencari data dengan bertanya secara langsung dengan sumber data atau dengan orang-orang yang berhubungan dengan sumber data. Dalam hal ini, penulis bertindak sebagai observer sekaligus guru anak. Menurut orang tuanya, anak tersebut memang kurang komunikatif dari dulu. Sikap ini terbentuk karena lingkungannya yang cenderung sering berpindah-pindah. Masa kecil yang kurang menyenangkan seperti ini terekam dalam memorinya hingga dia dewasa. Akibatnya, hubungan sosialnya dengan lingkungannya menjadi terganggu. Tidak hanya dengan orang tua, sikap kurang komunikatifnya juga muncul saat dia berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Selain itu, tidak mau berinteraksi dengan teman teman perempuannya. Dia hanya berinteraksi dan bermain dengan teman laki-lakinya saja. Hal ini disebabkan karena sifat pemalunya yang sangat dominan mempengaruhi pribadi dan karakternya. Perlu diketahui, bahwa anak ini mempunyai warna kulit gelap dengan tubuh yang gemuk dan besar yang melebihi ukuran normal badan teman-teman seusianya. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Dari beberapa hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak cenderung mempunyai karakter yang pemalu, kurang atau tidak komunikatif, tidak percaya diri, dan merasa rendah diri. Sifat pemalu ini dapat disebabkan karena beberapa masalah antara lain unsur keturunan, masa kanak-kanak kurang gembira, kurang bermasyarakat, perasaan rendah diri, terlalu berpikir tentang pandangan buruk orang lain terhadapnya, dan sebagainya.
Berikut adalah uraian tentang penyebab timbulnya sifat pemalu:
1. Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.
2. Masa Kanak-kanak Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.
3. Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
4. Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.
5. Pandangan Orang Lain
Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.

Sebenarnya, gejala-gejala yang timbul dalam pembelajaran mempunyai hubungan sebab akibat yang saling mempengaruhi dan terikat satu sama lain. Misalnya, anak yang kurang komunikatif disebabkan karena anak tersebut mempunyai sifat pemalu, dan sifat pemalu akan disebabkan karena adanya sifat rendah diri, dan sifat rendah diri disebabkan karena anak susah berkomunikasi. Atau dengan kata lain perasaan rendah diri mengakibatkan munculnya sifat pemalu yang akhirnya akan menjadikan anak kurang komunikatif . Ketidak mampuan anak dalam berkomunikasi ini akan mengakibatkan anak menjadi rendah diri. Selain disebabkan karena sifat pemalu, sikap kurang komunikatif anak juga bisa disebabkan oleh rasa sombong, terlalu banyak pertimbangan mengenai apa yang dikatakan, takut mendapat reaksi negatif dari rekan-rekannya, takut terlihat bodoh, menjaga agar pikiran-pikiran benci tetap terpendam, dan mempunyai bakat menjadi pendengar yang baik tetapi gagal menunjukkan tanggapan.
Selanjutnya, gejala yang muncul pada anak yang diamati oleh observer adalah kurangnya rasa percaya diri. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah pengaruh lingkungan, anak selalu dilarang, disalahkan, tidak dipercaya, diremehkan oleh lingkungan, anak sering diremehkan dan dikucilkan oleh teman sejawat, pola asuh orang tua yang sering melarang dan membatasi kegiatan anak, orang tua yang selalu memarahi kesalahan anak tapi tidak pernah memberi penghargaan apabila anak melakukan hal yang positif, kurang kasih sayang dan penghargaan dari keluarga, serta merasa bentuk fisik tidak sempurna.
Gejala yang terakhir muncul pada ada adalah adanya perasaan rendah diri. Rendah diri adalah perasaan kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau sosial maupun karena keadaa jasmani yang kurang sempurna. Terdapat dua faktor yang menyebabkan munculnya gejala rendah diri pada anak, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, misalnya mempunyai cacat tubuh, lemah dalam menguasai bidang studi tertentu, dan susah berkomunikasi.
Dari beberapa gejala-gejala yang timbul pada diri anak seperti yang telah dijelaskan di atas, maka observer menyimpulkan bahwa sifat yang paling dominan mempengaruhi jiwa anak adalah sifat pemalu. Munculnya sifat pemalu pada anak-yang menjadi objek observasi- tersebut disebabkan oleh masa kecil yang kurang gembira dan adanya perasaan rendah diri. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa masa kecil anak tersebut sering diajak untuk berpindah-pindah mengikuti tugas kedua orang tuanya sehingga memaksa anak tersebut untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan baru setiap saat. Hal ini berakibat pada hubungan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan perasaan rendah dirinya muncul karena anak tersebut minder dan tidak percaya diri dengan postur tubuhnya yang berkulit gelap, gemuk dan besar melebihi ukuran normal berat badan teman-temannya.
Untuk mengatasi dan menyembuhkan anak yang pemalu, terdapat beberapa langkah atau cara yang dapat diterapkan, yaitu anak didorong untuk berani melakukan sesuatu dan mengembangkan hobi serta potensi dirinya; anak dibiasakan untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang; anak diajak untuk bermain dengan orang lain, baik tetangga, saudara, dan teman-teman; anak di ajak untuk bermain peran; orang tua tidak diperbolehkan untuk mengolok-olok sifat pemalu anak baik di belakang atau di depan anak tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Salah satu investasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat perguruan tinggi. Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Untuk mencapai tujuan pendidikan, diperlukan pembelajaran sebagai jembatan perantara. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kualitas pembelajaran akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan pada umumnya dan anak didik pada khususnya.
Pembelajaran yang baik akan diperoleh jika ada kerjasama yang baik antara guru dan anak didik. Namun pada kenyataannya, banyak dijumpai masalah-masalah yang timbul baik dari pihak guru maupun pihak anak ataupun dari pihak luar yang juga berdampak pada psikologis anak yang akhirnya berpengaruh terhadap proses belajar dan pembelajarannya di kelas. Masalah-masalah tersebut acapkali mengganggu keberlangsungan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak bisa berlangsung dengan baik.
Untuk itulah agar pembelajaran berlangsung dengan baik, maka masalah-masalah yang muncul khususnya yang dari pihak anak, harus segera ditemukan akar penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya. Sebaiknya, kegiatan dalam pembelajaran yang dirancang oleh guru, selain untuk mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar, juga harus dapat membantu anak menjadi pribadi yang percaya diri dan dapat menghadapi semua masalah-masalah hidupnya dengan tegar.

B. Rumusan Masalah
1. Gejala masalah apa saja masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah cara mengatasi gejala-gejala masalah tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan gejala-gejalan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.
2. Untuk mengatasi gejala-gejala masalah tersebut
BAB 24
MUHAMMAD NATSIR

A. Riwayat Hidup
Muhammad Natsir dilahirkan pada tahun 1908 di Sumatera Barat. Masa kecilnya sering berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Hal ini berpengaruh juga terhadap pendidikannya. Awalnya beliau bersekolah di Sekolah Rakyat, kemudian pindah ke HIS (Hollandsch Inlandschs School) Adabiah, HIS Negeri, dan HIS Padang. Karena prestasinya yang sangat baik, beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu MULO. Setelah lulus, beliau mendapatkan beasiswa lagi untuk belajar AMS. Beliau juga mendirikan lembaga pendidikan yang bernama “Pendidikan Islam”. Beliau kemudian terlibat dalam pendirian Sekolah Tinggi Islam bersama beberapa tokoh lain.

B. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan
Dalam menelusuri pemahaman Muhammad Natsir tentang pendidikan, ada tiga persoalan penting yang ingin dicermati, yaitu bagaimana hakikat manusia sebagai pelaku pendidikan, bagaimana hakikat pendidikan menurut Islam, dan bagaimana konsep nilai yang ingin direalisasikan dalam system pendidikan.
Dalam pandangan Muhammad Natsir, bahwa keistimewaan manusia yang berkaitan dengan hakikat manusia sebagai pelaku pendidikan terletak pada potensi fitrah yang dianugerahkan Allah. Dilihat dari perpektif kemanusiaan, fitrah adalah potensi yang diberikan Allah kepada manusia pada saat proses penciptaannya di alam rahim, yakni potemsi jiwa yang dapat berbuat fujur, dan taqwa. Potensi tersebut berkembang melalui proses interaksi dengan lingkungannya yang pada gilirannya memungkinkan manusia tampil dalam dua alternative, yakni menjadi orang baik atau jahat.
Berkait dengan asas pendidikan Islam, Natsir membedakan antara asas sebagai dasar pendidikan Islam dengan sumber pendidikan Islam. Menurutnya asas pendidikan Islam hanya Tauhid karena hanya inilah yang menjadi pangkal tolak dalam berbuat dan tempat kembalinya semua amal perbuatan. Sedangkan sumber pendidikan yang merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu al Qur’an, al Sunnah, dan Ijtihad. Al Qur’an dan al Sunnah sebagai sumber ilahiah memiliki kebenaran mutlak, sedangkan ijtihad sebagai sumber insaniah, maka tingkat kebenarannya dibatasi oleh tempat dan masa tertentu.
Berkait dengan upaya pengembangan nilai-nilai universal yang digagasnya, maka posisi pendidikan memiliki nilai yang sangat strategis. Hal ini dapat dimaklumi karena pendidikan merupakan sarana efektif dalam melakukan proses transformasi nilai pada peserta didik. Pendidikan bertugas untuk memiliki arah yang jelas dalam mengembangkan nilai akhlak al Karimah yang harus tercermin dalam perencanaan dan aktivitas pendidikan secara sistemik baik melalui rancangan kurikulum, penyiapan materi, pemilihan metode, proses pengajaran, dan lingkungan pendidikan.
BAB 23
ABDUL KARIM AMARULLAH

A. Riwayat Hidup
Syekh Abdul Karim Amarullah lahir di Sumatera Barat pada tanggal 17 Safar 1296 H. Semenjak kecil, orang tuanya memberikannya dasar-dasar agama Islam. Kemudian beliau belajar agama pada ulama-ulama diantaranya, Tuanku H. Hud, Tuanku Pakih Samun, Tuanku Muhammad Yusuf dan sebagainya. Selanjutnya beliau melanjutkan studinya ke Mekah dan berguru kepada banyak ulama besar di sana. Sekembalinya dari Mekah untuk yang kedua kalinya, beliau ditawari untuk menjadi guru agama bagi Sultan Ternate dan tawaran itu tidak ditolaknya.

B. Pemikiran Syekh Abdul Karim Amarullah Tentang Pendidikan
1. Kurikulum
Kurikulum pendidikan dipandang kurang memadai dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman oleh Syekh Abdul Karim Amarullah. Oleh karena itu, beliau dan kawan-kawannya mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan Islam. Ilmu-ilmu yang dimasukkan dalam pendidikan Islam meliputi beberapa mata pelajaran, yaitu Ilmu Nahwu, Sharaf, Fiqih, Tafsir, Tauhid, Hadist, Musthalah Hadist, Mantiq, Ma’ani, Bayan dan Ushul Fiqih.
2. Sistem dan Metode Pembelajaran
Syekh Abdul Karim Amarullah berusaha memperbaharui metode dan system pendidikan pada waktu itu yang masih menggunakan system halaqah dan metode hafalan. Sistem dan metode ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman karena murid hanya akan berpikir sempit sehingga tidak dapt memchkan persoalan-persoalan yang terjadi dalam msyarakat yang terus berkembang. Oleh karena itu, Syekh Abdul Karim Amarullah berusaha memperbaharui metode dan system pendidikan yang dapat merangsang murid untuk berpikir bebas, berdiskusi, berdialog, berdebat, dan berorganisasi. Murid tidak hanya dituntut untuk menghafal ilmu yang diberikan, tetapi juga harus memahami, mengabstraksi, mengkonstektualisasikan, dan menstransformasikan lebih jauh.
3. Organisasi Siswa
Syekh Abdul Karim Amarullah menyadari akan pentingnya berorganisasi. Tanpa adanya organisasi yang rapi, penjajah mustahil dapat di usir. Semangat berorganisasi muncul dalam dirinya ketika melihat organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Oleh sebab itu beliau menganjurkan kepada murid-muridnya untuk membentuk sebuah organisasi.
BAB 22
KH. HASYIM ASY’ARI

A. Riwayat Hidup
KH. Haasyim Asy’ari lahir di Jombang pada tahun 1287 H. Haasyim Asy’ari memulai pendidikannya dengan membaca al Qur’an dan literature-literatur Islam lainnya yang di asuh oleh ayahnya sendiri. Selanjutnya ia memulai pengembaraan pendidikannya ke berbagai pondok pesantren di Indonesia dan kemudian melanjutkan studinya di Mekah dengan berguru pada sejumalah ulama diantaranya, Syaikh Ahmad Amin al Aththar, Sayyid Sultan Ibn Hasyim Sayyid Ahmad Ibn Hasan al Aththar, dan sejumlah ulama lainnya.

B. Karya KH. Hasyim Asy’ari
Tidak banyak para ulama yang menulis buku. Akan tetapi tidak demikian dengan KH. Hasyim Asy’ari. Ia menyusun beberapa kitab diantaranya:
1. Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj Ilah al Muta’alim fi ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al Muta’alim fi Maqamat Ta’limih.
2. Al Qalaid fi Bayan ma Yajib min al ‘aqaid.
3. Al Tanbihat al Wajibat liman Yashna al Maulid al Munkarad.

C. Pemikiran Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan
Salah satu karya monumental Hasyim Asy’ari adalah Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj Ilah al Muta’alim fi ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al Muta’alim fi Maqamat Ta’limih. Kitab ini membahas tentang pendidikan khususnya masalah pendidikan etika. Meski demikian tidak mengabaikan aspek pendidikan lainnya. Ia selalu mengemukakan beberapa hadist sebagai dasar pemikran dan penjelasannya. Isi dari kitab tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu signifikansi pendidikan; tugas dan tanggung jawab murid; dan tugas dan tanggung jawab guru.
BAB 21
KH. AHMAD DAHLAN

A. Riwayat Hidup
Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1868. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji al Qur’an dan kitab-kitab agama. Selanjutnya, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar, diantaranya KH. Muhsin (Ilmu Nahwu), KH. Muhammad Saleh (ilmu fiqih), KH.R. Dahlan (ilmu falak), dan serta beberapa guru lainnya. Ahmad Dahlan adalah pendiri organisasi Muhammadiyah. Organisasi ini bertujuan untuk menyebarkan ajaran Rasulullah kepada penduduk dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan
Secara umum, ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu berupaya berupaya memurnikan ajaran Islam dari khurafat, tahayul, dan bid’ah umat Islam yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam dan mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima rasio.
BAB 20
MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

A. Riwayat Hidup
Syed Muhammad Naquib al Attas dilahirkan di Bogor, Jawa barat pada tanggal 5 September 1931. Setelah menamatkan pendidikannya di Sukabumi dan kembali ke Malaysia, Al Attas mendaftarkan diri sebagai seorang tentara kerajaan untuk mengusir penjajah Jepang. Al Attas juga menimba ilmu di Universitas Malaya dan Institute of Islamic Studies, Canada. Kemudian melanjutkan ke School of Oriental and African Studies di Universitas London. Memasuki tahapan pengabdian kepada Islam, Al Attas memulai dengan jabatan di Jurusan Kajian Melayu di Universitas Malaya. Ide-ide cemerlangnya banyak mempengaruhi dalam dunia pendidikan Islam.

B. Karya-Karya dan Anotasi
Berikut adalah beberapa karya al Attas, yaitu al Raniry and the wujudiyyah of 17th Century of Aceh, The Origin of the Malay Sha’ir, Islam in the History and Culture of the Malays, dan Comments on the Re examination of al Raniri’s Hujjat al Shiddiq; A Refutation the Misticism of Hamzah Fansuri, dan sebagainya. Melalui berbagai karyanya, Al Attas berupaya membangun paradigm pemikiran Islam dengan modal tradisi Islam yang sudah ada dan dengan penekanan nilai-nilai metafisis.

C. Pemikirannya Tentang Pendidikan
Paradigma pemikiran al Attas merupakan sebuah pemikiran yang berawal dari dunia metafisis kemudian ke dunia kosmologis dan bermuara pada dunia psikologis. Pemikiran al Attas berawal dari keprihatinannya terhadap penyempitan makna terhadap istilah-istilah ilmiah Islam yang disebabkan oleh upaya westernisasi, mitologisasi, pemasukan hal-hal yang magis, dan skularisasi. Sebagai jawaban untuk menanggulangi distorsi dan bahkan mengembalikannya pada proporsi yang sebenarnya, al Attas memperkenalkan dan mengemukakan proses de westernisasi dan Islamisasi sebagai langkah awal membangun paradigma pemikiran Islam kontemporer. De Westernisasi dan Islamisasi adalah proses mengenal, memisahkan dan mengasingkan unsure-unsur skuler dari tubuh pengetahuan yang akan merubah bentuk, nilai dan tafsiran konseptual isi pengetahuan seperti yang disajikan sekarang.

D. Inti Asumsi dan Metode Epistemologi Modern
Sebagai alternative paradigma, Islam layak diperhatikan. Sesuai dengan universalitas dan kontinuitas Islam , islam memberikan discourse yang cukup terbuka bagi setiap orang untuk menggalinya sedalam yang dia mampu. Meskipun banyak pandangan yang berbeda, bukan berarti Islam terpecah-pecah. Melainkan dengan banyaknya interpretasi yang berbeda menunjukkan sifat terbukanya Islam. Salah satu interpretasi yang cukup mendalam diberikan oleh al Attas dalam kajiannya tentang epistemologi Islam.

E. Sumber dan Metode Epistemologi Islam
Sumber dan metode ilmu al Attas mengatakan bahwa ilmu datang dari Tuhan dan diperoleh dari sejumlah saluran, yaitu indera yang sehat, laporan yang benar yang disandarkan pada otoritas, akal yang sehat dan intuisi.
BAB 19
MUHAMMAD ABDUH

A. Riwayat Hidup
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1819. Dari sekian banyak gurunya, pemikiran Muhammad Abduh banyak dipengaruhi oleh Jamal al Din al Afghani. Pemikirannya seringkali bertentangan dengan kebijakan penguasa sehingga mengakibatkan Muhammad Abduh di tangkap, dan dibuang ke luar negeri. Selama hidupnya, Muhammad Abduh pernah menjabat sebagai hakim, anggota majelis al A’la al Azhar, dan sebagai mufti Mesir hingga dia meninggal.

B. Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan
1. Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan
Muhammad Abduh melakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah.
2. Kurikulum
a. Kurikulum al Azhar
Muhammad Abduh memasukkan ilmu filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern ke dalam Kurikulum al Azhar.
b. Kurikulum Sekolah Dasar
Muhammad Abduh beranggapan bahwa agama Islam adalah dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan inti semua pelajaran.
c. Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan
Melalui lembaga pendidikan yang didirikan, Muhammad Abduh memasukkan beberapa materi pendidikan Islam, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam.
C. Metode
Muhammad Abduh membuat metode yang sistematis dalam menafsirkan al Qur’an yang didasarkan pada lima prinsip, yaitu:
1. Menyesuaikan peristiwa-peristiwa yang ada pada masanya dengan nash-nash al Qur’an
2. Menjadikan al Qur’an sebagai sebuah kesatuan.
3. Menjadikan surat sebagai dasar untuk memahami ayat.
4. Menyederhanakan bahasa dalam penafsiran.

D. Reinterpretasi Pengetahuan Agama Islam
Menurut pandangan Abduh, dengan membuka pintu ijtihad, maka dinamika akal akan dapat ditingkatkan. Ilmu pengetahuan harus dimajukan di kalangan rakyat sehingga mereka dapat berlomba dengan masyarakat barat.

E. Penghargaan yang Tertinggi Terhadap Akal dan Ilmu Pengetahuan Modern
Abduh sangat menghargai al Qur’an. Menurutnya berbicara bukan hanya kepada hati manusia tetapi juga kepada potensi akalnya. Islam memandang bahwa manusia mempunyai kedudukan yang tinggi. Allah menunjukkan larangan-larangan-Nya kepada akal.

F. Perlawanan Kepada Taklid
Muhammad Abduh menegaskan bahwa eksistensi taklid tidak bisa dipertahankan bahkan harus diperangi karena sikap taklid merupakan penyebab umat menajdi mundur dan tidak dapat maju.

G. Pengaruh Muhammad Abduh di Dunia Islam
Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad 20. Bahkan pemikiran yang dituangkan melalui tulisannya di beberapa majalah menjadi bahan rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam.
BAB 18
IBNU KHALDUN

A. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abdullah Abd al Rahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun. Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisia pada bulan Ramadhan 732 H/1332 M. Selama hidupnya, Ibn Khaldun pernah bekerja pada raja Granada, menjadi Perdana Mentri Afrika, dan menjadi ketua Mahkamah Agung.
B. Riwayat Pendidikan
Ibn Khaldun belajar berbagai macam ilmu seperti al Qur’an, Hadist, Fikih, Sastra, Nahwu Sharaf, dan sebagainya. Diantara pendidik Ibn Khaldun adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Saad Ibn Burral al Anshari, Syaikh Abu Abdullah Ibn Al Arabi al Hasayiri, Muhammad al Syawwasal Zarazli, dan lain-lain.
C. Pemikiran Ibn Khaldun Tentang Pendidikan Islam
1. Tujuan Pendidikan
a. Tujuan peningkatan pemikiran
Bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepda akal untuk lebih giat dalam melakukan aktivitas yang dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan.
b. Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Ibn Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia.
2. Kurikulum Pendidikan dan Klasifikasi Ilmu
a. Kelompok ilmu Lisan
b. Kelompok ilmu Naqli
c. Kelompok ilmu Aqli
3. Metode Mengajar
Ibn Khaldun menganjurkan agar peserta didik tidak diajar dengan kasar dan dengan makian yang dapat mengakibatkan anak menajdi pemalas, pembohong, kasar, tidak berakhlak mulia, dan sebagainya.
4. Sifat-Sifat Pendidik
a. Pendidik hendaknya lemah lembut.
b. Pendidik hendaknya menjadikan dirinya sebagai Uswah Hasanah.
c. Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik.
BAB 17
AL GHAZALI

A. Riwayat Hidup
Nama lengkap al Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al Ghazali. al Ghazali lahir pada tahun 450 H di kota kecil yang terletak di Thus, wilayah Khurasan. Selama hidupnya, Al Ghazali sering berpindah-pindah tempat tinggal untuk belajar berbagai macam ilmu seperti Ilmu Ushul Fikih, Mantik, Tasawuf, filsafat klasik, filsafat Yunani, dan sebagainya. Al Ghazali berguru pada banyak imam besar seperti Ahmad ibn Muhammad al Radzakani, Imam Abu Nushr al Ismail, Abu al Ma’ali al Juwaini, Abu Ali al Faramadi’ dan sebagainya.

B. Pemikiran al Ghazali Tentang Pendidikan Islam
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut al Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak.
2. Kurikulum Pendidikan
Pandangan al Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangan ilmu pengetahuan. Al Ghazali membagi ilmu pengetahuan kepada beberapa sudut pandang:
a. Berdasarkan pembidangan:
• Ilmu Syari’at.
• Ilmu Syari’ah.
b. Berdasarkan objek ilmu:
• Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak.
• Ilmu pengetahuan yang terpuji.
• Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji.
c. Berdasarkan hukum:
• Fardhu’ain
• Fardhu kifayah
3. Pendidik
Menurut al Ghazali, sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik antara lain:
a. Pendidik hendaknya memandang peserta didik seperti anaknya sendiri.
b. Pendidik hendaknya tidak mengharapkan upah atau pujian, tetapi hanya mengharapka keridhaan Allah.
c. Pendidik hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasehat kepada peserta didik.
d. Pendidik hendaknya tidak fanatik terhadap bidang studi yang diasuhnya.
4. Peserta Didik
Syarat seorang peserta didik antara lain:
a. Peserta didik harus memuliakan pendidikdan bersikap rendah hati.
b. peserta didik harus mempelajari berbagai macam ilmu yang bermanfaat.
5. Metode dan Media
Untuk metode, al Ghazali menggunakan metode mujahadah dan riyadlah, pendidikan praktek kedisiplinan, pembiasaan dan penyajian dalil naqli dan aqli, serta bimbingan dan nasehat. Media dan alat yang digunakan adalah pujian dan hukuman, serta kondisi yang mendukung terwujudnya akhlak mulia.
6. Proses Pembelajaran
Al Ghazali mengajukan konsep pengintegrasian antara materi, metode dan media pengajarannya. Seluruh komponen tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin sehingga dapat menumbuhkembangkan segala potensi fitrah anak agar menjadi manusia yang utama dan mulia.
BAB 16
KEPRIBADIAN MUSLIM DAN USAHA-USAHA PEMBENTUKANNYA

A. Pengertian Kepribadian
DR. Fadhil Al Djamali menggambarkan kepribadian muslim sebagai muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir ketinggiannya. Dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas ke dalamnya, dan tanpa akhir ketinggiannya. Dia mampu menangkap ayat yang menyatakan,
“…Aku akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Ku di ufuk langit dan di dalam dirinya sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Allah itu benar…” (Muslim Sujadah:41).
Kepribadian muslim seperti yang digambarkan di atas mempunyai hubungan yang erat dalam suatu lingkaran hubungan yang meliputi Allah, alam, dan manusia.

B. Proses Pembentukan Kepribadian
Akhlak yang mulia mengandung konotasi pengaturan hubungan yang baik antara hamba dengan Allah, dengan sesamanya, dan dengan makhluk lainnya.
1. Pembentukan Kepribadian Manusia
Proses ini dapat dibagi dua yaitu:
a. Proses pembentukan kepribadian muslim secara perorangan yang dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan, yaitu pranata educational, yaitu pendidikan yang dilakukan secara tidak langsung dan dimulai disaat pemilihan suami dan istri dari kalangan yang baik dan berakhlak, education by other, yaitu pendidikan yang dialkuakn secara langsung oleh orang lain, dan self education, yaitu pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain.
b. Proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dilakuakan dengan cara memantapkan kepribadian individu muslim dan meyiapkan kondisi dan tradisi sehingga memungkinkan terbentuknya kepribadian ummah.
2. Pembentukan Kepribadian Samawi
Proses pembentukan kepribadian ini dapat dilakukan dengan cara membina nilai-nilai keislaman dalam hubungan dengan Allah SWT. Nilai keislaman dalam hubungan dengan Allah SWT dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah, mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya, bertaqwa kepada-Nya, mensyukuri nikmat Allah dan tidak berputus harapan terhadap rahmat-Nya, selalu berdo’a kepada Allah, mensuci dan membesarkan nama-Nya, dan selalu mengingat Allah.
BAB 15
ALAT ATAU MEDIA PENDIDIKAN

A. Pengertian Alat atau Media Pendidikan
Menurut Vernous, media pendidikan adalah sumber belajar baik berupa manusiadan benda atau peristiwa yang membuat peserta didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau perubahan sikap. Pada umumnya mengindikasikan bahwa antara alat dan media tidak bisa dipisahkan dan dibedakan bahkan cenderung menyamakan kedua term tersebut. Di satu sisi, alat kadang-kadang digolongkan sebagai media dan di sisi lain media dapat digolongkan sebagai alat.

B. Jenis Alat Media Pendidikan
Alat pendidikan mencakup pengertian yang luas, yaitu alat yang berupa benda (materi) dan yang bukan benda (immateri). Alat pendidikan yang berupa benda seperti runagan kelas, perlengkapan belajar, dan sejenisnya. Sedangkan yang bukan berupa benda dapat berupa situasi, pergaulan, perbuatan, teladan, nasehat, bimbingan, contoh, teguran, anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun hukuman yang digunakan untuk mencapai tujuan. Media atau alat pendiidkan yang bersifat non materi ini memilki sifat yang abstrak dan hanya dapat diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah laku seorang pendidik terhadap anak didiknya.

C. Pengaruh Alat atau Media dalam Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, alat atau media sangat diperlukan sebab alat atau media pengajaran mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Menurut Yusuf Hadi Miarso, dkk, menyatakan bahwa alat atau media dalam pendidikan mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang antara lain meliputi membuat konsep abstrak menjadi konkrit, membawa onyek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa, menampilkan obyek yang trelalu besar, dan menampilkan obyek yang tak dapat diamati oleh mata telanjang.
BAB 14
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Evaluasi
Penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai dengan nilai yang Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat tercapai secara maksimal. Dalam Al Qur’an dan Hadist, banyak ditemui tolak ukur evaluasi dalam pendidikan Islam. Misalnya tolak ukur sholat yang baik dan sempurna adalah dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar. Penilaian akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur Al Qur’an dan Hadist sebagai pembandingnya. Yang menjadi permasalahan adalah pemahaman tentang Al Qur’an dan Hadist terdapat perbedaan pendapat. Untuk itu, haruslah dirumuskan terlebih dahulu pemahaman dan penafsiran tentang Al Qur’an dan Hadist yang dapat diterima oleh semua pihak.

B. Objek Evaluasi
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti yang khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Evalusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi diri sendiri dan evaluasi terhadap orang lain. Evaluasi diri sendiri adalah dengan mengadakan introspeksi atau perhitungan terhadap diri sendiri. Sedangkan evaluasi terhadap diri orang lain adalah bagian dari pendidikan Islam .

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Dalam rangka menerapkan prinsip keadilan, keobjektifan, dan keikhlasan, maka evaluasi pendidikan antara lain bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pendidikan.
2. Mengetahui prestasi hasil belajar guna menetapkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu di ulang atau dapat dilanjutkan.
3. Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik benar-benar atau tidak.
4. Mengetahui sejauh mana kurikulum telah dipenuhi dalam proses kegiatan belajar mengajar.

D. Jenis-Jenis Penilaian
Penilaian pendidikan dapat dikelompokkan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Penilaian Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu mata pelajaran tertentu.
2. Penilaian Sumatif , yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan, satu semester. Atau akhir tahun untuk menentukan jenjang pendidikan berikutnya.
3. Penilaian Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik.

E. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Prinsip evaluasi pendidikan Islam dilandasi oleh nilai universal ajaran Islam. Adapun prinsip-prinsip evaluasi yang dimaksud adalah:
1. Berkesinambungan, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus baik pada proses pembelajaran maupun stelah proses pembelajaran berakhir.
2. Menyeluruh, yaitu evaluasi yang dilakukan pada semua aspek kepribadian peserta didik dan berlaku untuk seluruh materi pendidikan agama Islam.
3. Objektifitas, yaitu evaluasi dilakukan berdasarkan keadaan yang sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal yang bersifat emosional atau irasional.
4. Validitas, yaitu evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yang meliputi seluruh bidang yang ingin diselidiki.
5. Reliabilitas, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap peserta didik yang sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan sesungguhnya.
6. Efisiensi, yaitu evaluasi yang dapat dilaksanakan secara cermat dan tepat pada sasarannya.
7. Ta’abbudiyah dan ikhlas, yaitu evaluasi yang dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada Allah SWT.
BAB 13
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendekatan, Metode dan Taktik
Dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan teknik adalah metode atau system untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan pendekatan adalah pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. Dalam pelaksanaannya metode dalam pendidikan dijabarkan dalam bentuk teknik penyajian bahan pelajaran.
B. Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Pendekatan yang digunakan pendidikan Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu:
1. Pendekatan pengalaman, adalah pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok.
2. Pendekatan Pembiasaan adalah sutau tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadangkala tanpa dipikirkan.
3. Pendekatan Emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
4. Pendekatan Rasional adalah suatu pendekatan yang menggunakan rasio atau akal dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.
5. Pendekatan Fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6. Pendekatan Ketauladanan adalah usaha memperlihatkan ketauladanan baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam sangat menghargai kebebasan individu selama kebebasan tersebut sesuai dengan fitrahnya sehingga pendidik dalam mendidik tidak terkesan memaksa peserta didiknya dengan cara yang tidak bertentangan dengan fitrah-Nya. Akan tetapi sebaliknya, pendidik harus bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didiknya. Pendidik tidak boleh tinggal diam ketika melihat peserta didik memilih jalan yang salah.
D. Metode Mengajar dalam Pendidikan Islam
Metode mengajar dalam pendidikan Islam sebenarnya dapat saja mengadopsi metode yang dipakai dalam pengajaran umum selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya.dalam Al Qur’an dan Hadist.
BAB 12
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Kurikulum
Menurut Addamardasyi Sarhan dan Munir Kamil, kurikulum adalah “sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial. olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan dapat mengantarkan akan adanya tingkah laku pada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

B. Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
1. Dasar Agama
Dasar ini hendaknya menjadi ruh dan target tertinggi dalam kurikulum. Dasar agama dalam kurikulum pendidikan Islam jelas didasarkan pada Al Qur’an, Al Sunnah, dan sumber-sumber yang bersifat furu’ lainnya.
2. Dasar Falsafah
Dasar ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan Islam secara filosofis.
3. Dasar Psikologis
Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik.
4. Dasar Sosial
Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri masyarakat Islam dan kebudayaannya.

C. Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Prinsip-prinsip yang harus menjadi acuan kurikulum pendidikan Islam antara lain meliputi:
1. Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilainya.
2. Prinsip menyeluruh atau universal, yaitu muatan kurikulum hendaknya berlaku secara menyeluruh.
3. Prinsip keseimbangan yaitu muatan kurikulum hendaknya memuat ilmu dan aktivitas belajar secara berkesinambungan pada jenjang pendidikan yang ditawarkan.
4. Prinsip interaksi antara kebutuhan peserta didik, pendidik dan masyarakat.
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan individual antar peserta didik.

D. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan
Pemakaian suatu kurikulum pendidikan bersifat tempat terbatas oleh tempat, waktu, falsafah yang dianut, dan kebutuhan masyarakat. Selain itu kurikulum hanya memebrikan seperangkat paket untuk kehidupan manusia di dunia. Kurikulum seperti ini jelas tidak sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang bertuhan, dimana peserta didik harus mempertanggung jawabkan semuanya dihadapan Allah.

E. Kerangka Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Falsafah pendidikan Islam berdasarka Al Qur’an sebagai sumber utamanya dan otomatis menajdikan Al Qur’an sebagai sumber utama dalam penyusunan kurikulumnya. Al Qur’an Al Karim adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan Islam disusun sesuai dengan Al Qur’an Al Karim dan Al Hadist untuk melengkapinya. Di dalam Al Hadist terdapat kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka tersebut yaitu tauhid dan perintah membaca.

F. Klasifikasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam
Para ahli pikir muslim telah banyak memberikan pandangan tentang apa saja yang harus diketahui dan dipelajari oleh manusia selaku hamba Allah, anggota masyarakat, dan selaku pribadi berakhlak susila. Diantaranya adalah:
1. Al Ghazali membagi ilmu pengatahuan menjadi tiga kelompok ilmu yaitu:
a. Ilmu yang tercela banyak atau sedikit.
b. Ilmu yang terpuji banyak atau sedikit.
c. Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu yang tidak boleh dialami.
2. Ibnu Kaldum membagi ilmu menjadi tiga macam, yaitu:
a. Ilmu lisan (bahasa) yaitu ilmu lugha, nahwu, bayan, dan sastra atau sya’ir
b. Ilmu naqli yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah nabi.
c. Ilmu aqii yaitu ilmu yang dapat mengembangkan daya pikir atau kecerdasannya.
3. Ibnu Sina membagi ilmu pengetahuan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Ilmu nadhari (teoritis) yaitu ilmu alam, ilmu matematika, dan ilmu Ilahi.
b. Ilmu amali (praktis) yaitu ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia.
4. Abdurrahman Saleh Abdullah mengkategorikan pengetahuan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Materi pelajaran yang dikaitkan dengan Al Qur’an dan Hadist.
b. Materi-materi ilmu kemanusiaan.
c. Materi-materi ilmu kealaman.
5. Konferensi Pendidikan Islam
Kerangka dasar kurikulum pendidikan Islam dikembangkan atas beberapa kategori, antara lain yaitu:
a. Al Qur’an dan Sunah.
b. Sirah nabi Muhammad.
c. Tauhid.
d. Ushul Fiqh.
BAB 11
PESERTA DIDIK

A. Hakikat Peserta Didik
1. Potensi Peserta Didik
Dalam perpektif Islam, potensi atau fitrah dapat dipahami sebagai kemampuan atau hidayah yang bersifat umum dan khusus yaitu:
a. Hidayah Wujdaniyah, yaitu potensi mansui yang berwujud insting yang melekat.
b. Hidayah Hisysyiyah, yaitu potensi yang berupa kemmapuan indrawi.
c. Hidayah Aqliyah, yaitu potensi akal sebagai penyempurna dari kedua hidayah di atas.
d. Hidayah Diniyah, yaitu petunjuk agama yang berupa tentang hal yang menyangkut keyakianan dan aturan perbuatan yang tertulis dalam Al Qur’an dan Sunnah.
e. Hidayah Taufiqiyah, yaitu hidayah yang bersifat khusus.
2. Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan terhadap agama. Agama dibutuhkan manusia karena memrlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang tidak membutuhkan agama. Setiap kebutuhan peserta didik harus diperhatikan oleh pendidik sehingga peserta didik akan tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik sesuai dengan nilai ajaran yang benar.

B. Dimensi-Dimensi Peserta Didik yang Akan Dikembangkan
1. Dimensi Fisik (Jasmani)
Fisik atau jasmani terdiri atas organism fisik. Pada dimensi ini, prose pencipataan manusia memiliki kesamaan sengan hewan dan tumbuhan sebab semuanya termasuk bagian dari alam. Setiap alam biotik memiliki unsur material yang sama yakni terbuat dari unsure tanah, api, udara, dan air. Keempat unsure tersebut adalah nsur abiotik atau tak hidup. Ia akan hidup jika diberi kehidupan yang bersifat fisik. Energi kehidupan ini disebut nyawa. Al Ghazali menyebutnya sebagai ruh jasmaniyah. Dengan kesempurnaan dan ruh yang diberikan Allah, manusia dapat bernafas, merasa sakit, haus, lapar, panas\, dingin, dan sebagainya.
Jadi, aspek jasmani memiliki dua natur konkrit yang berupa tubuh kasar yang tampak dan natur abstrak yang berupa nyawa yang menjadi sumber kehidupan tubuh.
2. Dimensi Akal
Al Ishfahami membagi akal manusia menjadi dua macam, yaitu:
Aql al Mathbu, yaitu akal yang merupakan pancaran dari Allah sebagai fitrah Ilahi.
Aql al masmu, yaitu akal yang merupakan kemampuan menerima yang dapat dikembangkan manusia.
Sedangkan fungsi akal manusia antara lain adalah:
a. Akal adalah penahan nafsu
b. Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu.
c. Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan.
d. Akal adalah kesadarn batin dan pengaturan tingkah laku.
3. Dimensi Keberagamaan
Islam memandang ada satu kesamaan diantara sekian perbedaan manusia. Kesamaan itu tidak akan pernah berubah karena ruang dan waktu, yaitu potensi dasar beriman kepada Allah. Aqidah tauhid adalah fitrah (sifat dasar) manusia sejak mitsaq dengan Allah. Untuk itu pada prinsipnya, manusia selalu ingin kembali kepada sifat dasarnya meskipun dalm keadaan yang berbeda-beda.
4. Dimensi Akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam pendidikan islam adalah akhlak. Menurut Imam al Ghazali, akhlak merupakan tabiat manusia yang dapat dilihat dalm dua bentuk, yaitu tabiat fitrah dan akhlak yang muncul dari suatu perangai yang banyak diamalkan dan ditaati. Akhlak menurut Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat. Hal ini disebabkan Karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali jika muncul akhlak yang mulai. Untuk itu eksistensi akhlak dalam Ilsam bersumber pada iman dan taqwa dan mmepunyai tujuan langsung yaitu harga diri dan tujuan jauh yaitu ridha Allah SWT.
Adapun ciri akhlak dalm Islam yaitu bersifat menyeluruh, ciri-ciri keseimbangan, bersifat sederhana, realistis, kemudahan, mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan, dan perbuatan, teori dan praktek, serta tetap dalam dasar dan prinsip akhlak umum.
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, memiliki kemauan yang kears, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.
5. Dimensi Rohani (Kejiwaan)
Dimensi kejiwaan adalah suatu dimensi yang sangat penting dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia. Roh manusia bisa berkembang ke arah yang lebih tinggi apabila manusia berusaha ke arah itu. Menurut Al Ghazali, jalan kea rah itu adalah dengan peningkatan iman dan mempererat hubungn yang terus menerus dengan Allah melalui ibadah, zikir, tilawah Al Qur’an dan doa. Dengan memperbanyak ibadah, maka rohani manusia akan mencapai kebahagiaan dan ketentraman yang tidak ada taranya.
6. Dimensi Seni (Keindahan)
Seni adalah ekspresi roh dan berdaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Dimensi seni (keindahan) pada manusia tidak boleh diabaikan. Dimensi seni (keindahan) perlu ditumbuhkan Karena keindahan dapat menggerakkan dan menenangkan batin, memenuhi relung-relung hati, meringankan beban kehidupan, merasakan keberadaan nilai-nilai serta lebih mampu menikmati keindahan hidup.
7. Dimensi Sosial
Dalam perkembangan sosial, setiap individu menempatkan dirinya diantara banyak individu lainnya. Agen sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang anak adalah ibu dan bapaknya. Setiap orang tua harus menyadari bahwa setiap interaksinya dengan anak merupakan kesempatan baik untuk menanamkan benih-benih penyesuaian sosial dan pembentukan watak yang dapat menghasilkan buah, yaitu sesuatu yang sangat berharga dalam interaksi kemanusiaan.
BAB 10
PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidik
Secara terminologi, pendidik menurut Ahmad Tafsir adalah “orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya”. Sementara pendidik menurut Imam Barnadib adalah “tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Pendidik terdiri dari orang tua, orang dewasa lain yang bertanggung jawan tentang kedewasaan anak”.
Pendidik dalam perpektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai ajaran Islam.

B. Tenaga Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidik dalam Pendidikan Islam skopnya lebih luas dari pada skop pendidikan umum. Pendidik dalam Pendidikan Islam, yaitu:
1. Allah SWT
Perbandingan antara Allah sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda. Allah sebagai pendidik segala kebutuhan manusia yang didik-Nya sebab Allah adalah Dzat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.
2. Rasulullah SAW
Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ideal dapat dilihat dalam dua hal, yaitu Rasulullah sebagai pendidik pertama dalam pendidikan Islam, dan keberhasilan yang dicapai Rasulullah dalam melaksanakan pendidikan. Dlam hal ini Rasulullah berhasil mendidik manusia agar berbahagia di dunia dan akhirat, dalam satu masyarakat yang adil dan makmur, lahir dan batin.
3. Orang Tua
Keluarga merupakan institusi pertam dan utama dalam perkembangan individu. Pembentukan kepribadian peserta didik bermula dari lingkungan keluarga. Keluarga berfungsi untuk menanamkan pendidikan akal pada diri anak dengan cara mempersiapkan rumah tangga yang dapat mendukung dinamika intelektual dan emosional peserta didik. Karena pendidika emosi dan kejiwaan seorang anak terbentuk dari lingkungan keluarga, maka kedua orang tua hendaknya mengetahui perkembangan emosi dan kejiwaan seorang anak. Dalam hal ini orang tua dapat memberika ketauladanan, akhlak mulia dan membiasakan hidup sesuai dengan tuntunan agama sekaligus menyediakan buku bacaan agama yang dapat membimbing anak untuk mengenal Tuhannya.
4. Guru
Pada masa sekarang, orang tua dalam keluarga sebagai pendidik utama mulai kehilangan eksistensinya karena kehidupan yang semakin menuntut kerja keras sehingga kesempatan orang tua untuk mengajar anak-anak semakin berkurang. Sebagai jalan alternatifnya, pendidikan anak dialihka ke sekolah formal yang di ajar oleh seorang guru atau pendidik. Profesi sebagai pendidik merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam pandangan Islam mengingat pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap masa depan peserta didik. Rasulullah menegaskan bahwa salah satu dari tiga amal yang tidak akan pernah hilang meskipun seseorang telah meninggal dunia adalah pemberian ilmu yang bermanfaat kepada orang lain. Pahala orang yang mengajarkan ilmu dengan ikhlas akan terus mengalir selama orang lain atau muridnya mengamalkannya.

C. PROFESIONALITAS DAN KOMPETENSI PENDIDIK
1. Profesionalitas Pendidik
a. Pengertian profesionalitas
Menurut Umar Hamalik, profesi adalah suatu kepandaian khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan suatu pekerjaan dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
b. Kriteria guru professional
Sebagai pendidik dalam pendidikan Islam, criteria yang harus dimiliki oleh seorang pendidik antara lain adalah:
1) Memilki komitmen terhadap mutu perencanaan, proses dan hasil yang dicapai dalam pendidikan.
2) Memiliki akhlak al karimah yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didik.
3) Memiliki niat ikhlas karena Allah dalam mendidik.
2. Kompetensi Pendidik
a. Pengertian kompetensi
Menurut Zakiah Dradjat, kompetensi adalah kemampuan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar.
b. Kompetensi yang harus dimiliki guru
Menurut Asnawir, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi di bidang kognitif, kompetensi di bidang sikap, dan kompetensi prilaku.
Sedangkan dalam proses pengajaran, ada sepuluh kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu menguasai bahan ajar, mengelola program pengajaran, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber pembelajaran, menguasai landasan pendidikan, mengelola proses pembelajaran, menilai proses hasil pelajaran, mengenal dan melaksanakan layanan BK, mengenal dan melaksanakan administrasi sekolah, memahami dan menafsirkan penelitian.

D. Keutamaan Pendidik
Dalam ajaran Islam, pendidik disamakan dengan ulama yang sangat dihargai kedudukannya. Hal ini dijelaska oleh Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah SWT.
Artinya: Allah meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mursalah:11).
Sabda Rasulullah SAW.
Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya (H.R. Bukhari).
Tinta para ulama lebih tinggi nilainya daripada darah para shuhada (H.R. Abu daud dan Tirmidzi).
Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik). Hal ini dikarenakan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.

E. Hak Pendidik
1. Penghormatan
Muhammad Athiyyat al Abrasi mengungkapkan, “menghoramati guru adalah penghormatan kepada anak-anak”. Bangsa yang ingin maju peradabannya adalah bangsa yang mampu memberikan penghargaan dan penghormatan kepada para pendidik.
2. Menerima Gaji
Adanya guru menerima gaji masih bersifat kontradiksial bagi para ulama. Al Ghazali berpendapat bahwa tidak boleh menerima gaji. Mengajar hanya semata-mata mengharap keridhaan Allah. Sementara kebanyakan ulama muslim membolehkan menerima gaji dari hasil mengajarkan ilmu Al Qur’an.

F. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik
Menurut Abd. Al Rahman, tugas pendidik meliputi tugas menyucikan, yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara dan pengemban fitrah manusia; tugas pengajaran, yakni menstranformasikan pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada manusia.
Berangkat dari uraian di atas, maka tanggung jawab pendidik adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya, mendidik diri supaya beramal saleh dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dan melaksanakan kebenaran.

G. Kode Etik (Syarat-Syarat) Pendidik
Al Kanani mengemukakan bahwa persyaratan seorang pendidik meliputi: Pertama, syarat-syarat pendidik yang berhubungan dengan diri sendiri, antara lain:
1. Pendidik hendaknya senantiasa insaf akan pengawasan Allah terhadapnya.
2. Pendidik hendaknya memelihara kemuliaan ilmu.
3. Pendidik hendaknya bersifat zuhud.
4. Pendidik hendaknya tidak berorientasi duniawi.
5. Pendidik hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara’.
6. Pendidik hendaknya memelihara syiar-syiar Islam.

Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, antara lain:
1. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya pendidik bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaina yang baik.
2. Ketika keluar dari rumah, hendaknya pendidik selalu berdoa agar tidak sesat dan menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah.
3. Hendaknya pendidik mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua peserta didik.
4. Hendaknya pendidik membaca ayat Al Qur’an sebelum mengajar.

H. Peran Pendidik
Al Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok (peran utama) pendidik dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pensucian
Pendidik mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.
2. Tugas Pengajaran
Pendidik hendaknya menyampaikan betbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.
BAB 9
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Tujuan
Tujuan, menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu.
Hubungan antara tujuan dan nilai dapat dianggap tujuan pendidikan itu sebagai nilai yang disukai untuk melaksanakannya. Dan masalah tujuan dalam pendidikan, terutama sekali maslah nilai, itu karena pendidikan mengandung pilihan bagi anak tertentu, kemana perkembangan murid tertuju.

B. Tahap-Tahap Tujuan
Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendiidkan Islam meliputi tujuan tertinggi (terakhir), tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara.
1. Tujuan Tertinggi (Terakhir)
Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil”. Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi (terakhir) ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia,dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum bersifat empirik dan realistic. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.
Tercapainya self realisation yang utuh merupakan tujuan umum pendidikan Islam yang proses pencapaiannya melalui berbagai lingkungan atau lembaga pendidikan, baik pendidikan keluarga, sekolah atau masyarakat secara formal, non formal maupun informal.
3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi (terakhir) dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan selam tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi (terakhir) dan umum itu.
4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari pertimbangan kondisi itulah, pendidikan Islam bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain, yang penting orientasi pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.

C. Aspek-Aspek Tujuan
Aspek tujuan pendidikan Islam meliputi emapat hal yaitu tujuan jasmaniah, tujuan rohaniah, tujuan akal, dan tujuan sosial.
1. Tujuan jasmaniah
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku khalifah di bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus disamping rohani yang teguh. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki kemampuan yang tinggi.
2. Tujuan Rohaniah (Ahdaf al Ruhyyah)
Tujuan pendidikan rohaniah diarahkan kepada pembentukan akhlak mulia. Tujuan pendidikan ruhiyyah mengandung pengertian “ruh” yang merupakan mata rantai pokom yang megnhubungkan antara manusia dan Allah.
3. Tujuan Akal
Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan kecerdasan yang berada dalam otak sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena ciptaan Allah di ala mini.
4. Tujuan Sosial
Tujuan ini merupakan pembentukan kepribadian yang utuh dari roh, tubuh, dan akal dimana identitas individu tercermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang pliral (majemuk).

D. Ranah Tujuan
Ranah tujuan pendidikan Islam lebih luas dari ranah pendidikan umum. Dalam pendidikan Islam, selain ranah kognitif, afektif dan psikomotor, juga terdapat ranah konatif dan performance. Konatif berhubungan dengan motivasi atau dorongan dari dalam atau disebut niat sebagi titik tolak peserta didik untuk melakukan sesuatu. Sedangkan performance adalah kualitas/kinerja yang dilakukan seseorang.

E. Fungsi Tujuan
Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dulu mencapai beberapa tujuan sementara. Fungsi tujuan akhir adalah untuk memelihara arah usaha itu dan mengakhirinya setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi tujuan sementara adalah untuk membantu memelihara arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir.
BAB 8
DASAR PENDIDIKAN ISLAM

A. Makna Dasar
Bahwa dasar pendidikan sebuah negara adalah disesuaikan dengan filsafat hidup bangsa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena filsafat suatu bangsa meruapakan refleksi filsafat hidup bangsa itu sendiri. Dalam konteks ini, dasar pendidikan Islam dapat dibedakan atas dasar ideal dan dasar operasional.
B. Dasar Ideal Pendidikan Islam
a. Al Qur’an
Muhammad Fadhil al Jamali menyatakan bahwa: “pada hakikatnya Al Qur’an merupakan perbendaharaan besar tentang kebudayaan manusia terutama bidang kerohanian. Al Qur’an adalah kitab pendidikan, kemasyarakatan, moril, dan spiritual”.
b. Sunnah
Amalan yang dikerjakan Rasulullah dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam setelah Al Quran. Hal ini disebabkan karena Allah menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.
c. Perkataan, Perbuatan, dan Sikap para Sahabat
Sikap dan perbuatan para sahabat serta ijtihad para ulama disebut sebagai dasar tambahan yang dapat dipakai selama tidak bertentangan dengan dasar pokok. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan pendidikan yang dilakukan para sahabat.
d. Ijtihad
Majlis Muzakarah al Azhar menetapkan bahwa ijitihad adalah jalan yang dilalui dengan semua daya kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melaui ijma, qiyas, dan istihsan untuk mengistinbathkan hukum daripada dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah untuk menentukan batas yang ditentukan. Sementara para fuqaha’ mengartikan ijtihad sebagai upaya berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al Qur’an dan hadist.

C. Dasar Operasional Pendidikan Islam
Dasar operasional merupakan dasr yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Langgulung dasar operasional dapat dibagi enam macam, yaitu dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasr polotik dan administrasi, dasar psikologis, dan dasar filosofis. Keenam dasar operasional tersebut merupakan satu kesatuan yang harmonis. Ketika keenam tersebut diformulasi sebagai dasar operasional pendidikan, maka upaya pendidikan yang dilaksanakanakan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
BAB 7
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan baik berupa agama ataupun ideologi negara yang dianut.
Adapun dasar pendidikan Islam adalah al Qur’an dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang merupakan sumber pokok ajaran Islam. Prinsip pendidikan Islam juga ditegakkan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
A. Pandangan Islam yang Dapat Dijadikan Sebagai Dasar Prinsip Pendidikan Islam
1. Pandangan Islam terhadap Jagad Raya
Segala fenomena ala mini adalah hasil ciptaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum mekanisme-Nya sebagai sunnatullah. Untuk itu mansuia harus didik agar mampu menghayatai dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia jarus memapu mengorentasika hidupnya kepada kekuatan dan kekuasaan yang berda dibalik penciptaan alam raya serta mengaktualisasikan melalui tingkah laku dan mengfungsionalkan dengan perbuatan. Atas dasar prinsip ini, maka manusia wajib mendasari kehidupannya dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Keimanan ini diperteguh dalam hati dan dinyatakan dalam lisan serta mengfungsionalkan dalm kegiatan hidup.
2. Pandangan Islam terhadap Manusia Sebagai Individu
Prinsip ini memandang manusia sebagai makhluk yang paling mulia karena memiliki harkat dan maretabat yang terbentuk dari kemampuan-kemampuan kejiwaan dimana akal budaya menjadi tenaga penggerak yang membedakannya dengan makhluk lain.
3. Pandangan Islam terhadap Masyarakat
Watak yang dibentuk oleh Allah dalam pribadi manusia adalah apa yang disebut oleh psikologi sosial dengan “homososius” yang memiliki instink suka berkumpul. Dengan kemampuan ini manusia mampu membentuk masyarakat dan mengembangkannya ke arah yang lebih madani.
4. Pandangan Islam terhadap Pengetahuan Manusia
Pengetahuan manusia berbeda-beda dari segi keutamaan, dan nilainya menurut tujuan dan jalannya. Pengetahuan sebagai salah satu asas yang dituju individu dan masyarakat untuk menciptakan dan membinanya sebagai informasi, ide, konsep, dan tafsiran yang diyakini.
5. Pandangan Islam terhadap Akhlak
Pandangan ini mempercayai bahwa akhlak merupakan suatu akal yang terpenting dalam kehidupan dan merupakan buah dari iman dan Islam.Akhlak merupakan kebiasaan atau sikap yang mendalam di dalam jiwa dan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari.

B. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
1. Prinsip Pendidikan Islam merupakan implikasi dari karakteristik (ciri-ciri) manusia
Ajaran Islam mengemukakan empat macam ciri-ciri manusia yang membedakannya dengan makhluk lain yaitu fitrah, kesatuan roh dan jasad, dan kebebasan berkehendak. Untuk lebih rinci, berikut ini adalah ciri-ciri yang dimaksud, yaitu:
a. Agama yang diturunkan melalui rasul-Nya adalah agama fitrah
b. Manusi tersusun dari dua unsure, yaitu roh dan jasad.
c. Manusia memiliki karakter kebebasan berkemauan untuk memiliki dan memutuskan tingkah lakunya sendiri.
2. Prinsip Pendidikan Islam adalah pendidikan Integral
Pendidikan dalam Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.
Implikasinya dalam pendidikan adalah bahwa dalam Islam tidak dibenarkan adanya dikotomi pendidikan yaitu antara pendidikan agama dan pendidikan sains.Peserta didik harus dapat memahami Islam sebagai a total way of life yang dapat mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
3. Prinsip Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang
Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan mewujudkan adanya keseimbangan. Ada beberapa prinsip keseimbangan yang mendasari pendidikan Islam yaitu keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan antara badan dan roh, keseimbangan antara individu dan masyarakat. Islam meletakkan beban kewajiban yang berat di atas pundak pendidikan Islam sebab pendiddikan merupakan media strategis dalam menstransformasi sebuah nilai antar manusia.
4. Prinsip Pendidikan Islam adalah pendidikan universal
Prinsip pendidikan universal adalah pandangan yang menyeluruh pada agama, manusia, masyarakat, suku, dan kehidupan. Agama Islam yang menjadi dasar pendidikan Islam bersifat menyeluruh dalam pandangan, penumpuan, dan penafsirannya terhadap wujud, alam dan hidup.
5. Prinsip Pendidikan Islam adalah dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dlam tujuan-tujuan, kurikulum dan metodenya tetapi selalu berusaha untuk memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu memebrikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan prinsip-prinsip ajaran Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
BAB 6
HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan
Dalam perkembangannya. Istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi orang atau sekelompok oaring agar menjadi dewasa dan mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.

B. Pengertian Pendidikan Islam
1. Pengertian Etimologi
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al tarbiyah, al ta’dib, dan al ta’lim.
a. Istilah al Tarbiyah
Proses pendidikan Islam bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.
b. Istilah al Ta’lim.
Bahwa fungsi ilmu pada dasarnya menuntut adanya iman, dan iman menuntut adanya amal. Tanpa amal maka ilmu tidak akan berfungsi sebagai alat bagi manusia melaksanakan amanat-Nya sebagai khalifah fi al ardh.
c. Istilah al ta’dib
Al ta’dib bararti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.

Pendidikan Islam adalah sesuatu system yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

C. Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan dari komponen yang masing-masing berdiri sendiri tetapi masih saling terkait satu dengan yang lain sehingga terbentuk kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang didinginkan. Namun dalam pendidikan Islam, terlihat jelas bahwa pendidikan Islam memiliki sistem sendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan yang dikembangkan secara umum, terutama di Barat.

D. Perbedaan Sitem Pendidikan Islam dengan Sistem Pendidikan Non Islam
Bila dilihat lebih lanjut, terlihat bahwa titk perbedaan antara system pendidikan Islam dan non Islam terletak pada:
a. Sistem Idiologi
Islam memiliki idiologi al Tauhid yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah. Sedangkan non Islam memiliki berbagai macam idiologi yang bersumberkan materialism, komunisme, ateisme, sosialisme, kapitalisme, rasionalisme, dan sebagainya.
b. Sistem Nilai
Pendidikan Islam bersumber dari nilai Al Qur’an dan Sunnah. Sedangkan pendidikan non Islam bersumber dari hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan masyarakat. Nilai-nilai tersebut kemudian dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
c. Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada dniawi dan ukhrawi. Sedangkan pendidikan non Islam berorientasi duniawi semata. Di dalam Islam, antara dunia dan akhirat merupakan satu kesatuan tujuan. Kehidupan dunia adalah media untuk kehidupan akhirat dan akhirat adalah kelanjutan dari dunia. Bahkan kualitas kehidupan akhirat adalah konsekuensi dan kualitas kehidupan dunia. Segala perbuatan muslim dalam bidang apapun memiliki kaitan dengan akhirat.

E. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara sebagaipewarisan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai alat transmisi unsure-unsur pokok budaya dari sati generasi ke generasi berikutnya sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman.
BAB 5
PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PENGETAHUAN

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Dalam Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empiris saja tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai pencipta pengetahuan tersebut.
Dalam Islam, yang maha tahu adalah Allah. Manusia hanya mencari dan menemukan pengetahuan. Allah Maha Mengetahui. Melalui ayat-ayat Quraniyah dan Qauniyah manusia memberikan interpretasi terhadap ayat Quraniyah dan melakukan penelitian terhadap ayat Qauniyah, maka lahirlah pengetahuan keislaman.

B. Perintah Al Qur’an untuk Mencari, Menemukan dan Mempelajari Ilmu
Perintah Al Qur’an untk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek:
1. Al Qur’an menyuruh manusia menggunakan akal
Akal adalah merupakan salah satu dari perangkat anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Menurut Syekh Muhammad Abduh, anugerah yang diberikan Allah kepada manusia tertulis dalam Al Qur’an, antara lain:
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada”.(QS. 22:46)
2. Al Qur’an menyuruh manusia meneliti alam semesta
Al Qur’an menyuruh manusia meneliti alam semesta ini adalah agar manusia mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya demi kepentingan manusia sendiri. Sebab tanpa meneliti dan mengkaji alam, manusia tidak akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya.

C. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dalam filsafat ilmu, cara mendapatkan ilmu dinamakan epistimologi. Dalam epistimologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui usaha manusia dan yang diberikan oleh Allah SWT.
Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha manusia ada empat jenis, yaitu pengetahuan empiris yang diperoleh melalui indera, pengetahuan sains yang diperoleh melalui indera dan akal, pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui akal, dan pengetahuan intuisi yang diperoleh melalui qalb. Sedangkan pengetahuan yang diberikan oleh Allah berupa wahyu yang disampaikan kepada para Rasul, ilham yang diterima oleh akal manusia, dan hidayah yang diterima oleh qalb manusia.
Melalui dua cara tersebut, berkembanglah ilmu keislaman dari masa ke masa. Al Qur’an sebagai kumpulan wahyu Allah merupakan sumber pengetahuan Islam yang dapat digali sepanjang masa dan ditambah dengan hadis Rasullullah yang mana di dalamnya terdapat prinsip-prinsip dasar berbagai cabang ilmu pengetahuan.

D. Sumber dan Fungsi Pengetahuan
Sumber utamadari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah Al Qur’an. Al Qur’an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Allah kepada salah seorang hamba-Nya yang dipilih yang disebut Rasul atau Nabi.
Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah untuk berubudiyah kepada Allah, untuk membedakan yang hak dan yang batil, dan sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

E. Implikasinya Terhadap Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam harus selalu menanamkan terhadap peserta didiknya bahwa usaha untuk mempelajari, menggali, dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya itu dalam rangka pengabdian kepada Allah sebagai Pencipta ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dalam lembaga pendidikan Islam tidak terdapat dikotomi ilmu agama dan ilmu umum karena semua ilmu adalah ilmu keislaman.
BAB 4
PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP MASYARAKAT

A. Hakikat Masyarakat
Masyarakat Islam adalah masyarakat yang teratur rapi, aman, makmur, adil, dan bahagia yang meliputi seluruh umat. Kehidupan komunitas masyarakat dalam Islam menerapkan ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan seperti dalam bidang akidah, ibadah, akhlaq, undang-undang, dan system pemerintahan.

B. Dasar Pembentukan Masyarakat Islam
Menurut Mustafa Abd. Al Wahid, dasar-dasar pembentukan masyarakat Islam adalah sebagai berikut:
1. Persaudaraan
Masyarakat yang dibina atas dasar persaudaraan yang menyeluruh dan diikat oleh kesatuan keyakinan yaitu tidak ada Tuhan yang hak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Masyarakat Islam bersifat universal dan tidak terikat oleh perbedaan bangsa, bahasa dan warna kulit.
2. Kasih Sayang
Masyarakat Islam dibina atas dasar kasih sayang antara satu sama lain.
3. Persamaan
Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Adapun yang membedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam masyarakat.
4. Kebebasan
Masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau kemerdekaan. Dalam agama Islam tidak ada paksaan dalam beragama. Hal ini bukan berarti orang Islam bebas tidak beragama.
5. Keadilan Sosial
Masyarakat Islam dibina atas dasar berkeadilan sosial yaitu keadilan yang merata bagi seluruh umat.

C. Karakteristik Masyarakat Islam
Dalam Islam, anggota masyarakat mempunyai persamaan dalam hak dan kewajiban. Islam tidak mengenal kasta dan pemberian hak-hak istimewa kepada seseorang atau kelompok. Kemuliaan seseorang dalam masyarakat Islam hanyalah karena ketaqwaannya kepada Allah. Adanya perbedaan itu tidaklah menyebabkan perbedaan dalam kedudukan sosial. Hal ini merupakan dasar yang sangat kuat dan tidak dapat dipungkiri telah memberikan kontribusi pada perkembangan hak asasi manusia dalam masyarakat internasional. Secara umum karakteristik masyarakat Islam mempunyai tiga ciri yaitu kembali kepada Allah, mengutamakan ketaqwaan, dan saling menghormati sesame anggota masyarakat.

D. Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat
Bila dikaitkan masyarakat dengan pendidikan Islam, sebenarnya manusia semenjak lahir sudah mempunyai naluri hidup bersama. Ada hasrat yang kuat dalam diri manusia yaitu manusia ingin menjadi satu dengan sesamanya dan lingkungan sekitarnya. Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia harus menggunakan fikiran, perasaan, dan kemauannya serta harus senantiasa hidup dengan sesamanya. Untuk itu manusia dituntut untuk menyempurnakan dan memperluas sikap, tindak-tanduknya, agar tercapai kedamaian dengan lingkungannya. Disinilah peranan pendidikan Islam. Bagaimana usaha pendidikan Islam bisa mewadahi hasrat dan kebutuhan manusia dalam rangka mencapai kehidupan masyarakat yang harmonis, damai, dan makmur.
BAB 3
PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP MANUSIA

Pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap manusia sesuai dengan pandangan Al Quran dan Hadis yang menjadi dasar pendidikan Islam. Pandangan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut:
A. Gambaran tentang Manusia dan Proses Penciptaannya dalam Al Quran
1. Gambaran Tentang Manusia
Manusia merupakan makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal pikiran. Dalam hal ini Ibn ‘Arabi melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa “tak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada manusia yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berpikir, dan memutuskan”. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan untuk mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di bumi.
Setidaknya ada tiga kata dalam Al Quran yang digunakan untuk menunjuk pada makna manusia. Namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersesebut dapat dilihat pada uraian berikut:
a. Kata Al Basyar
Kata Al Basyar dinyatakan Allah dalam Al Qur’an untuk menjelaskan proses kejadian Nabi Adam A.S sebagai manusia pertama yang memiliki perbedaan dengan proses kejadian manusia sesudahnya.
b. Kata Al Insan
Kata Al Insan dinyatakan dalam Al Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.
c. Kata Al Nas
Kata Al Nas dinyatakan dalam Al Qur’an untuk menunjukkan bahwa sebagian manusia tidak memilki ketetapan keimanan yang kuat.
2. Proses Penciptaan Manusia
Al Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu tahapan primordial tahapan biologi. Manusia pertama, Adam a.s diciptakan dari tanah yang dibentuk oleh Allah dengan seindah-indahnya kemudian Allah meniupkan ruh ke dalam diri manusia tersebut.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains empiric. Di dalam proses ini manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani yang disimpan dalam dinding yang kokoh. Kemudian air mani itu dijadikan darah beku yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikannya segumpal daging dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

B. Kedudukan Manusia
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak ditujukan kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senantiasa berlaku baginya. Ia terikat oleh hukum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap ciptaannya, dan ia bergantung pada sesamanya. Sebagai hamba Allah, manusia tidak bisa lepas dari kekuasaan-Nya sebab manusia mempunyai fitrah untuk beragama.
2. Manusia sebagai Khalifah Allah fi al-ardh
Sebagai seorang khalifah, manusia berfungsi menggantikan orang lain dan menempati tempat serta kedudukannya. Untuk melaksanakan tigasnya sebagaoi khalifah, Allah memberikan manusia seperangkat potensi berupa akal, qalb, dan nafs. Aktualisasi fitrah tersebut tidak otomatis berkembang melainkan tergantung kepada manusia itu sendiri dalam mengembangkannya. Untuk itu, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi agar menjadi pedoman bagi manusia untuk mengaktualisasikan fitrahnya secara utuh dan selaras dengan tujuan penciptaannya. Dengan pedoman ini manusia akan dapat tanpil sebagai makhluk Allah yang tinggi martabatnya.
C. Implikasi Konsep Manusia terhadap Konsep Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam harsu dibangun di atas konsep kesatuan antara pendidikan Qalbiyah dan Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral.
Pendidikan Islam harus merupakan upaya yang ditujukan kea rah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit.
BAB 2
ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN DAN PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dalam perjalanan sejarahnya , filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai pandangan yang cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Pengaruh dari pandangan yang berbeda-beda tersebut, melahirkan berbagai macam aliran. Berikut ini adalah uraian garis-garis besar aliran-aliran filsafat pendidikan, dan kemudian dihubungkan dengan falsafah pendidikan Islam.

A. Idealisme
1. Hakikat Idealisme
Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata adalah ide. Ide tersebut selalu tetap dan tidak mengalami perubahan. Aliran ini menekankan moral dan realitas spiritual sebagi sumber utama di ala mini.
2. Prinsip- Prinsip Idealisme
a. Realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan atau ide.
b. Realitas yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki.
c. Manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi daripada materi bagi kehidupan manusia.
d. Idealisme berorientasi kepada ide yang theosentris.
3. Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
a. Pendidikan dikembangkan dan digerakkan ke arah tujuan dimana nilai direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal.
b. Belajar adalah proses “Self development of mind as spiritual substance” yang menempatkan jiwa bersifat kreatif.
c. Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan cultural, sosial dan spiritual.
d. Tujuan pendidikan idealism adalah ketetapan mutlak.
e. Peranan pendidik menurut aliran idealisme adalah memnuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat.
4. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Idealisme
Pendidikan idealism mengutamakan atau bertitik tolak kepada kemutlakan roh dan mengabaikan hal-hal yang bersifat materi (fisik). Dengan proses ini, pendidikan akan mampu mengantarkan peserta didik untuk terhindar dari kehidupan yang disharmonis. Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, pendidikan seyogyanya mampu mengarahkan manusia pada kehidupan yang seimbang, baik keseimbangan antara roh dan jasad, materil dan spiritual, individu dan masyarakat, serta dunia dan ukhrawi.

B. Realisme
1. Hakikat Realisme
Aliran ini berpijak atas dasar percaya akan hakikat yang kekal dan tidak mengalami perubahan dalam kondisi dan situasi apapun. Kaum Realisme memandang dunia ini dari sudut materi. Bahwa objek (dunia luar) adalah nyata dengan sendirinya. Menurut mereka, realitas di dunia ini adalah alam. Segala sesuatu berasal dari alam, dan yang menjadi subjek adalah hukum alam.
2. Prinsip-Prinsip Realisme
a. Manusia bisa sampai kepada hakikat tertinggi yang mutlak dan bisa mengajarkan orang lain akan hakikat.
b. Memandang masyarakat atas dasar tiga prinsip pokok, yaitu adanya alam adalah nyata, wujud, dan tetap, alam dikenal dengan akal, serta pengenalan adalah penuntun tingkah lakunya.
c. Kewajiban manusia menyikapi nilai-nilai yang ada.
3. Implementasi Realisme dalam Pendidikan
a. Tujuan pendidikan adalah transmisi dari kebenaran universal, pengetahuan Tuhan, dan nilai cultural pendidikan .
b. Metode pengajaran tunduk pada prinsip “mempengaruji dan menerima”.
c. Perhatian pendidikan tertuju pada pemenuhan akal siswa dengan peraturan dan hakikat.
d. Seorang guru harus ahli dalam bidang studinya (kompetensi professional).
e. Perubahan bersifat terbatas dan menuju satu arah.
4. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadat Realisme
Penerapam realisme yang cenderung menekankan pada aspek fisik dalam proses pendidikan akan menimbulkan ketidakseimbangan pengembangan potensi peserta didik. Hal ini disebabkan karena peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi fisik dan psikis yang masingm-masing membutuhkan bimbingan untuk berkembang secara optimal. Penitik beratan pada satu aspek saja akan mengorbankan aspek yang lain. Islam memandang manusia sebagai mahkluk yang terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Oleh sebab itu pendidikan dalam Islam merupakan suatu kegiatan yang terarah untuk mengembangkan potensi yang terkandung dalam kedua unsure tersebut secara maksimal.

C. Perenialisme
1. Hakikat Perenialisme
Segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah ini akan dia anggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali kepada nilai-nilai masa lalu dengan maksud mengembalikan keyakinan nilai-nilai asasi manusia masa silam untuk menghadapi problematika kehidupan manusia masa sekarang dan sampai kapanpun.
Filsafat Perenialisme pada dasarnya mengkaji sesuatu yang ada dan akan selalu ada dan menawarkan pandangan alternatif agar manusia kembali kepada akar spiritualitas dirinya tanpa tenggelam dalam gemerlap kehidupan yang sering membuat kita silai dan menimbulkan tindakan yang tidak sesuai dengan kemanusiaan.
2. Implementasi Perenialisme dalam Pendidikan
a. Ilmu pengetahuan nilai sebagai manifestasi dan hukum universal yang abadi.
b. Manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan, dan akal.
c. Orientasi pendidikan ditujukan kepada kebahagiaan melalui pengembangan kemampuan.
d. Tujuan pendidikan berfungsi sebagai usaha untuk merealisasikan kapasitas dalam tiap individu manusia sehingga menjadi aktualitas.
3. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Perenialisme
Prinsip dasar pendidikan bagi aliran perenialis adalah membantu peserta didik menemukan dan menginternalisasikan kebenaran abadi yang dapat diperoleh melaui latihan intelektual. Dalam filsafat Islam, kebenaran abadi tidak hanya diperoleh melalui latihan intelektual tetapi juga bahkan yang lebih penting adalah latihan intuisi atau qalb. Selain itu kebenaran hakiki dan abadi hanya datang dari Allah, maka untuk mendapatkan kebenaran tersebut, pendidikan harus mengacu pada wahyu yang telah diturunkan Allah.

D. Eksistensialisme
1. Hakikat Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Titik sentranya adalah manusia. Hakikat manusia terletak dalam eksistensi dan aktivitasnya. Aktivitas manusia merupakan eksistensi dari dirinya dan hasil aktivitas yang dilakukan merupakan cermin hakikat dirinya. Jadi, eksistensialisme pada hakikatnya adalah aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
2. Prinsip-Prinsip Eksistensialisme
a. Tidak mementingkan metafisika (Tuhan).
b. Kebenaran lebih bersifat eksistensial daripada proposional atau faktual.
c. Memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya.
d. Tidak mementingkan jawaban yang pasti terhadap maslah filsafat yang penting.
3. Implementasi Eksistensialisme dalam Pendidikan
a. Lebih mengutamakan perorangan/individu. Dalam datarn pendidikan, menuntut adanya system pendidikan yang beraneka warna dan berbeda.
b. Individu hanya mengenal dirinya dalam interaksinya sendiri dengan kehidupan.
c. Percaya akan kemampuan ilmu untuk memecahkan semua persoalan.Karena itu, murid berkewajiban untuk melakukan eksperimen dan pembahasan untuk memungkinkannya ikut dalam setiap kedudukan yang dihadapi atau dalam setiap amsalah yang hendak dipecahkan.
d. Tidak membatasi murid dengan buku-buku yang ditetapkan saja.
4. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Eksistensialisme
Aliran eksistensialisme menekankan agar masing-masing individu diberi kebebasan mengembangkan potensinya secara maksimal tanpa ada batasan yang mutlak. Akibatnya kebebasan yang mutlak tersebut menghilangkan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur kebebasan. Kebebsan yang diberikan Islam pada manusia bukan kebebasan yang absolut melainkan kebebasan yang tetap pada koridor Ilahi dan dipimpin oleh nilai agama.

E. Pragmatisme
1. Hakikat Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagi sesuatu yang secara tetap mengalami perubahan. Aliran ini memandang nilai suatu prinsip atau keyakinan filsafat didasarkan atas pengaruh nyatanya. Atas dasr ini kaum pragmatis menjadikan kegiatan praktis pada tingkatan pertama dan kegiatan pikir pada tingkatan kedua.
2. Prinsip-Prinsip Pragmatisme
a. Tidak mengakui bahwa dalam diri manusia terdapat kemampuan moralitas dan spiritualitas.
b. Manusia ideal adalah manusia yang mampu merealisasikan kemanfaatan dirinya dalam masyarakat melalui ilmu pengetahuan yang dimiliki.
c. Ukuran kebenaran adalah pengalaman yang berguna bagi manusia.
d. Menggunakan pengalaman untuk mencapai kebenaran yang hakiki.
3. Implementasi Pragmatisme dalam Pendidikan
a. Pendidikan adalah jalan pokok menuju kemajuan sosial dan sentral perbaikan. Karena itu pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang terus menerus dengan tujuan meluaskan dan mendalamkan jangkauan sosialnya.
b. Aliran ini tidak memisahkan antara materi pengajaran dengan metode pengajaran. Guru tidak boleh menghilangkan keaktifan anak didiknya.
c. Aliran mempercayai adanya perbedaan kecerdasan individual. Untuk itu pendidikan dikembangkan dengan menekankan pada upaya menanamkan rasa kebebasan individual.
d. Kurikulum pengajaran merupakan kesatuan dinamika yang mempunyai tujuan.
4. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Pragmatisme
Filsafat pragmatism menganggap baik dan benar terhadap semua cara yang mengantarkan kebermanfaatan. Pendekatan ini meruapakan pendekatan yang berbahaya dan bisa menyalahi nilai-nilai ilahiah. Akibatnya manusia akan banyak mengorbankan keimanan yang ada pada dirinya demi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Sedangkan menurut pandangan Islam, tidak semua yang bermanfaat tersebut baik dan sesuai dengan nilai-nilai agama yang dapat mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan yang tertinggi dari kehidupan materi maupun immateri.

F. Sosialisme
1. Hakikat Sosialisme
Sosialisme pada mulanya berdasarkan marxisme. Aliran ini merupakan aggregasi dari ide filsafat yang dikembangkan dalam sosial Karl Marx. Aliran ini terdapat di beberapa bagian dunia masa kini. Meskipun berbeda-beda namanya namun memiliki substansi nilai yang sama.
2. Prinsip-Prinsip Sosialisme
a. Percaya secara mutlak pada teori materialism bagi segala sesuatu baik dalam pandangannya kepada alam maupun tentang manusia dan masyarakat.
b. Percaya bahwa agama itu hanya merupakan hasil dari perkembangan materi belaka.
3. Implementasi Sosialisme dalam Pendidikan
a. Pendidikan menempati tempat yang sangat penting dalam aliran ini.
b. Aliran ini menyatakan bahwa pengajaran adalah hak untuk semua rakyat.
c. Lebih mengutamakan pendidikan praktek dan terapan.
4. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Sosialisme
Sosialisme meletakkan pendidikan untuk mengabdi kepada negara dan partai sedangkan pendidikan dalam Islam mementingkan pengabdian kepada Allah dan terlaksananya tugas kekhalifahan manusia di muka bumi.
Sosialisme berpandangan bahwa manusia hanya hewan ekonomis yang berupaya memenuhi hajat-hajat materinya. Sedang dalam pendidikan Islam, manusia adalah makhluk termulia di sisi Allah yang mempunyai multi dimensi.

G. Progresivisme
1. Hakikat Progresivisme
Progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir.
2. Prinsip-Prinsip Progresivisme
a. Progresivisme berakar pada progresivisme yang orientasinya berpusat pada mahasiswa.
b. Sasaran pendidikannya adalah meningkatkan kecerdasan praktis.
c. Manusia mempunyai kemampuan yang wajar dalam mengatasi masalah yang bersifat menekan keberadaan manusia.
d. Progresivisme dianggap sebagai kebebasan mutlak menuju ke arah kebudayaan.
e. Progresivisme percaya terhadap kekuatan alamiah manusia.
f. Implementasi Progresivisme dalam Pendidikan
g. Progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.
h. Progresivisme sangat menghargai kemampuan berpikir.
i. Progresivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan.
j. Progresivisme meletakkan dasar pada penghormatan yang bebas atas martabat manusia dan pribadi.
3. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Progresivisme
Filsafat pendidikan Islam mengakui hal yang sama sebagaimana yang diinginkan oleh filsafat progresivisme yaitu bahwa masyarakat itu bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu. Akan tetapi nilai-nilai yang dijadikan ukuran bukan nilai yang absolut seperti nilai kewahyuan syarat dalam pendidikan Islam, melainkan nilai yang relatif yaitu nilai-nilai baik dan buruk dikaitkan dengan pertimbangan kultur masyarakat yang sudah tentu kebenaran bergantung pada tempat dan waktu, dan nilai tersebut bersifat relatif. Sedangkan dlam pendidikan Islam nilai tersebut bersifat mutlak.