Welcome to My Blog

Welcome to Ard.Fatima's Website

Sunday, December 26, 2010

BAB 24
MUHAMMAD NATSIR

A. Riwayat Hidup
Muhammad Natsir dilahirkan pada tahun 1908 di Sumatera Barat. Masa kecilnya sering berpindah-pindah mengikuti tugas ayahnya. Hal ini berpengaruh juga terhadap pendidikannya. Awalnya beliau bersekolah di Sekolah Rakyat, kemudian pindah ke HIS (Hollandsch Inlandschs School) Adabiah, HIS Negeri, dan HIS Padang. Karena prestasinya yang sangat baik, beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu MULO. Setelah lulus, beliau mendapatkan beasiswa lagi untuk belajar AMS. Beliau juga mendirikan lembaga pendidikan yang bernama “Pendidikan Islam”. Beliau kemudian terlibat dalam pendirian Sekolah Tinggi Islam bersama beberapa tokoh lain.

B. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan
Dalam menelusuri pemahaman Muhammad Natsir tentang pendidikan, ada tiga persoalan penting yang ingin dicermati, yaitu bagaimana hakikat manusia sebagai pelaku pendidikan, bagaimana hakikat pendidikan menurut Islam, dan bagaimana konsep nilai yang ingin direalisasikan dalam system pendidikan.
Dalam pandangan Muhammad Natsir, bahwa keistimewaan manusia yang berkaitan dengan hakikat manusia sebagai pelaku pendidikan terletak pada potensi fitrah yang dianugerahkan Allah. Dilihat dari perpektif kemanusiaan, fitrah adalah potensi yang diberikan Allah kepada manusia pada saat proses penciptaannya di alam rahim, yakni potemsi jiwa yang dapat berbuat fujur, dan taqwa. Potensi tersebut berkembang melalui proses interaksi dengan lingkungannya yang pada gilirannya memungkinkan manusia tampil dalam dua alternative, yakni menjadi orang baik atau jahat.
Berkait dengan asas pendidikan Islam, Natsir membedakan antara asas sebagai dasar pendidikan Islam dengan sumber pendidikan Islam. Menurutnya asas pendidikan Islam hanya Tauhid karena hanya inilah yang menjadi pangkal tolak dalam berbuat dan tempat kembalinya semua amal perbuatan. Sedangkan sumber pendidikan yang merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu al Qur’an, al Sunnah, dan Ijtihad. Al Qur’an dan al Sunnah sebagai sumber ilahiah memiliki kebenaran mutlak, sedangkan ijtihad sebagai sumber insaniah, maka tingkat kebenarannya dibatasi oleh tempat dan masa tertentu.
Berkait dengan upaya pengembangan nilai-nilai universal yang digagasnya, maka posisi pendidikan memiliki nilai yang sangat strategis. Hal ini dapat dimaklumi karena pendidikan merupakan sarana efektif dalam melakukan proses transformasi nilai pada peserta didik. Pendidikan bertugas untuk memiliki arah yang jelas dalam mengembangkan nilai akhlak al Karimah yang harus tercermin dalam perencanaan dan aktivitas pendidikan secara sistemik baik melalui rancangan kurikulum, penyiapan materi, pemilihan metode, proses pengajaran, dan lingkungan pendidikan.

No comments: