Welcome to My Blog

Welcome to Ard.Fatima's Website

Monday, May 30, 2011

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemiskinan di Papua
Kata kemiskinan mempunyai berbagai macam arti atau makna. Kemiskinan dilihat dari standar kebutuhan hidup yang layak atau pemenuhan kebutuhan pokok adalah adalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok atau dasar disebabkan karena adanya kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar hidup yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolut/ mutlak yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok atau dasar.
Kemiskinan dilihat dari segi pendapatan atau penghasilan adalah kurangnya pandapatan atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Kemiskinan dilihat dari segi kesempatan atau peluang adalah karena ketidaksamaan kesempatan untuk meraih kekuasaan sosial meliputi ketrampilan yang memadai, informasi atau pengetahuan-pengetahuan yang berguna bagi kemajuan hidup, jaringan-jaringan sosial atau social network, organisasi-organisasi sosial dan politik, sumber-sumber modal yang diperlukan bagi peningkatan pengembangan kehidupan, dilihat dari segi keadaan atau kondisi, kemiskinan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang bisa dicirikan dengan, kelaparan atau kekurangan makan dan gizi, pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah, sangat sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara (Wikipedia).
Pemahaman utamanya mencakup gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan; kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Karakter kemiskinan di setiap tempat berbeda. Hal ini sangat tergantung dengan sumber dari kemiskinan itu sendiri. Sumber kemiskinan ada tiga jenis, keadaan alam, tingkat struktural sosial dan budaya.
Karakter kemiskinan di Papua bersumber dari culture atau budaya. Di Papua nilai sosial jauh lebih tinggi dari nilai ekonomi. Hampir setiap rumah di Papua bukan berisi keluarga inti, yaitu bapak, ibu dan anak. Setiap rumah berisi keluarga besar. Akhirnya gaji (pendapatan) tidak cukup. Untuk sebulan. Sistem budaya mengkondisikan bapa ade, ipar, mertua tinggal bersama, belum lagi acara adat yang melibatkan seluruh keluarga besar dengan biaya yang besar juga. Hasil pertanian yang seharusnya memiliki nilai ekonomi yang besar, akhirnya menjadi tidak berharga, karena kerabat hasil pertanian ,dibagi bagikan akhirnya tidak ada pendapatan yang tetap dari masyarakat.
Di daerah perkotaan Papua, terdapat orang kaya, orang menengah, dan orang miskin. Kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor struktural, misalnya tingkat pendidikan yang menyebabkan perbedaan pekerjaan, yang mengakibatkan tingkat pengkajian. UMR Papua yang sangat minim menyebabkab banyaknya orang miskin baru, khususnya di daerah perkotaan.
Di sebuah wilayah yang sangat subur dengan kekayaan alam dan tambang yang luar biasa melimpah, rakyat Papua hidup dibawah garis kemiskinan,dalam kebodohan dan sangat primitif.
Meski di tanah leluhurnya terdapat tambang emas terbesar di dunia, orang Papua khususnya yang tinggal di Mimika, Paniai, dan Puncak Jaya pada tahun 2004 hanya mendapat rangking ke 212 dari 300-an lebih kabupaten se Indonesia untuk Indeks Pembangunan Manusia.

B. Penyebab kemiskinan di Papua
Penyebab dominan dari kemiskinan yang lain adalah kondisi dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Bisa dikatakan rakyat Papua sangat primitif, tidak tersentuh peradaban dan tidak mengenal teknologi. Walaupun alam Papua bagai surga dunia, tetapi dengan sumberdaya manusia yang sangat rendah mustahil mengangkat kesejahteraan mereka. Dan yang terjadi saat ini adalah penindasan hak rakyat Papua, perampokan kekayaan dan pembodohan.
Di Papua, kemiskinan struktural adalah salah satu faktornya. Pejabat yang korup, terjadinya kolusi, nepotisme serta diskriminasi. Status otonomi khusus dan otonomi daerah yang diterapkan di Papua sama sekali tidak membawa dampak signifikan, kecuali hanya memperkaya beberapa pribadi yang mabuk oleh gelimang lembaran rupiah yang mereka terima.
Selain itu penyebab lain kemiskinan adalah malas, pendidikan rendah karena tidak ada biaya, biaya mahal, kebijakan tidak berpihak, dan tidak punya modal usaha. Namun ledakan penduduk dan arus urbanisasi juga menjadi faktor pemicu lain yang mengakibatkan tingginya angka kemiskinan. Masyarakat berbondong-bondong pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun karena sempitnya lapangan pekerjaan, masyarkat urban tersebut akhirnya mengganggur. Hal ini diperparah dengan ketiadaan skill atau keahlian yang mereka miliki.

C. Solusi untuk mengatasi kemiskinan
Ada beberapa program yang perlu dilakukan agar kemiskinan di Papua dapat dikurangi. Pertama, meningkatkan pendidikan rakyat papua. Sedapat mungkin pendidikan harus terjangkau oleh seluruh masyarakat Papua. Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena secara umum pendidikan di Papua masih sangat tertinggal dari daerah-daerah lain di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan di Papua yang mana masih banyak terdapat sekolah yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk belajar. Banyaknya sekolah yang rusak menunjukkan kurangnya pendidikan di Papua. Selain itu, tenaga pengajar juga sangatlah kurang dilihat dari segi jumlah dan kualitasnya.
Dalam bidang lain, pemerintah mengadakan pelatihan dan kursus untuk membekali masyarakat ketrampilan yang dibutuhkan dalam memcari pekerjaan. Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan pelayanan jasa dan perdagangan di semua sektor.
Selain dari beberapa solusi pengentasan kemiskinan di atas, terdapat beberapa solusi lain untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Papua, yaitu dengan cara:
1. Menggali potensi kekayaan alam.
Papua dikenal luas dengan kekayaan alam yang sangan potensial. Lautannya yang penih dengan berbagai macam spesies ikan, daratannya yang kaya dengan ahsil-hasil hutan, dan perut buminya yang penuh dengan sumber daya energy dan mineral. Eksplorasi kekayaan alam tidak dapat secar langsung “menyentuh” masyarakat miskin kecuali jika penggalian potensi kekayaan laut dapat secara langsung melibatkan masyarakat miskin di daerah pesisir. Penggalian potensi hutan dan perut bumi sulit untuk dapat menyentuh masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan pemanfaatan hasil hutan dan perut bumi mensyaratkan modal besar yang tidak dimiliki oleh kaum miskin.

2. Meningkatkan produktivitas kerja.
Dilihat dari cara pandang masyarakat miskin di sektor kelautan, produktivitas mengacu kepada bagaimana meningkatkan hasil kelautan. Upaya ini dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengurangi pajak bagi nelayan, pajak tempat pelelangan ikan, subsidi BBM untuk kapal atau perahu bermotor, pemberian bantuan pembelian kapal, dan sebagainya. Upaya ini juga harus dimbangi dengan sosialisasi dan kerjasama antara pemerintah dengan pemilik kapal agar tidak menyewakan kapal dengan harga tinggi.

3. Menggiatkan masyarakat untuk menabung
Tabungan adalah pendapatan uang yang pembelanjaannya di simpan atau ditunjang sampai di kemudian hari. Namun masalahnya adalah masyarakat miskin tidak mempunyai sisa pendapatan untuk ditabung. Pendapatan yang didapatkan habis untuk keperluan hidup sehari-hari.
4. Memberikan pinjaman untuk modal usaha
Tidak adanya pembentukan modal dalam masyarakat pedesaan dapat disebabkan oleh dua hal yaitu, masyarakat belum memahami manfaat dan arti pentingnya lembaga keuangan dalam “memutar” dana tabungan serta masyarakat ingin memanfaatkan peluang untung dana atau pendapatan yang dihasilkan tetapi mereka dikendalai oleh ketersediaan modal.

No comments: